Jakarta - Selain memberitakan perjalanan berita Injil dari Yerusalem ke daerah-daerah di sebelah utara, Kitab Kisah Rasul juga memberitakan perubahan cara Roh Kudus bekerja dari menekankan mukjizat kepada penekanan kepada pemberitaan firman. Pemberitaan firman sebenarnya tidak pernah berubah.
Roh Kudus sejak awal memakai khotbah untuk menyatakan Injil Kristus. Khotbah para murid, khotbah Petrus, khotbah Filipus, khotbah Stefanus, dan khotbah Paulus, semua menandakan bahwa Roh Kudus tidak pernah mengubah cara-Nya memanggil manusia kembali kepada Kristus. Firman Tuhan menjadi syarat mutlak untuk adanya pertobatan yang sejati. Karena mendengar firman seseorang bisa memiliki iman.
Karena mendengar firman seseorang bisa berbalik dan bertobat dari jalan hidupnya yang melawan Tuhan. Karena mendengar firman jugalah seseorang bisa semakin dikuduskan hidupnya. Pada bagian ini kita melihat bagaimana mukjizat yang dikerjakan Paulus benar-benar memberikan segel otoritas rasul yang dia miliki. Tetapi apakah mukjizat itu membawa kepada pertobatan orang banyak? Tidak terlalu.
Kitab ini memberitakan suatu fakta yang tersirat, yaitu bahwa mukjizat adalah tanda otoritas pemberita firman, tetapi bukanlah tanda yang esensial. Tanda ini diberikan supaya orang-orang Israel yang begitu tegar tengkuk bisa dibungkam mulutnya dan dengan rendah hati menerima firman yang diberitakan oleh para nabi ataupun rasul. Tetapi tanda mukjizat tidak terus menerus memiliki tempat dalam penyebaran berita Injil.
Ketika Roh Kudus mulai bekerja menyatakan firman-Nya kepada bangsa-bangsa lain, peran mukjizat juga semakin berkurang di dalam membawa orang kepada firman dan pertobatan.
Mari kita bandingkan mukjizat yang dikerjakan oleh Petrus dan oleh Paulus. Baik Petrus maupun Paulus mengerjakan mukjizat yang sama jumlahnya. Petrus menyembuhkan orang lumpuh, Paulus menyembuhkan orang lumpuh. Petrus membangkitkan Dorkas yang telah mati, Paulus membangkitkan Euthikus yang telah mati.
Tetapi mari kita lihat dampak yang terjadi. Di dalam Kisah Rasul 3:7-10, Petrus menyembuhkan orang lumpuh dan semua orang memuji Allah karena menyaksikan hal besar ini. Di dalam Kisah Rasul 14:9-11, Paulus menyembuhkan orang lumpuh dan… semua orang memuji dewa-dewa mereka dan menyembah Paulus.
Paulus begitu sedih karena ini terjadi (ay. 14). Efek dari mukjizat itu tidak lagi dipakai Roh Kudus untuk mempertobatkan orang. Mukjizat itu hanya menekankan otoritas kerasulan Paulus, tetapi tidak lagi untuk mempertobatkan orang-orang di Listra. Demikian juga di dalam Kisah Rasul 9:40-42, Petrus membangkitkan Dorkas (Tabita) dan seluruh orang di kota itu percaya kepada Tuhan.
Tetapi di dalam Kisah Rasul 20:9-12, Paulus membangkitkan Euthikus, dan walaupun ini sangat menghibur dan menguatkan orang-orang Kristen, terutama keluarga Euthikus, tetapi tidak dicatat bahwa seluruh kota menjadi percaya. Mukjizat Paulus menekankan kerasulannya, tetapi Tuhan tidak lagi pakai mukjizat untuk membawa orang kepada firman. Firman yang disampaikan melalui khotbah, kesaksian, apologetika, itulah yang menggerakkan orang-orang untuk percaya kepada Tuhan Yesus.
Inilah bagian yang penting untuk menekankan keutamaan firman dan sifat tidak mutlak dari mukjizat. Mukjizat bukan hal utama di dalam menyampaikan Injil Tuhan ke seluruh bangsa-bangsa. Di dalam ayat 8 dikatakan bahwa ada seorang lumpuh yang mendengarkan Paulus berbicara menyampaikan Injil.
Ayat 9 dikatakan bahwa orang lumpuh ini beriman dan dapat disembuhkan. Kalimat ini sering kali disalah mengerti. Kalimat ini tidak berarti bahwa untuk disembuhkan seseorang harus memiliki iman keyakinan bahwa dia akan sembuh. Ini tidak berarti bahwa yang tidak bisa sembuh adalah yang tidak beriman.
Mukjizat para rasul tidak berkait dengan iman seseorang. Mereka dapat menyembuhkan siapa yang mereka mau sembuhkan. Tuhan Yesus telah memberikan kuasa sedemikian besar kepada para rasul sehingga mereka mempunyai kuasa mukjizat yang tidak bergantung kepada orang yang mendengar mereka. Tetapi yang dimaksudkan di ayat 9 adalah Paulus menyembuhkan orang ini karena orang ini telah percaya kepada Kristus.
Dia tidak mau menyembuhkan orang yang belum percaya karena kesembuhan yang dia dapatkan akan dianggap berasal dari dewa-dewa yang dipercaya oleh orang itu. Paulus menyembuhkan orang lumpuh ini karena orang lumpuh ini percaya kepada pemberitaan Paulus, dan kesembuhan yang akan dia alami akan membuat dia semakin kuat di dalam iman kepada Kristus yang sudah diberitakan oleh Paulus.
Tetapi sayangnya, meskipun orang yang disembuhkan tidak memuji para dewa untuk kesembuhan yang dia alami, tetapi setiap orang yang menyaksikan kesembuhan ini memuji dewa-dewa mereka. Bahkan lebih parah lagi, mereka menyembah Paulus sebagai dewa yang telah turun ke bumi. Mukjizat dapat semakin menyesatkan orang yang sejak semula menolak Allah.
Orang-orang yang menyembah berhala memberikan pujian dan sembahan mereka kepada para dewa yang mereka anggap sebagai pembuat mukjizat itu. Mereka pun menyanjung Paulus dan Barnabas sebagai perwujudan dari dewa-dewa mereka. Mereka menganggap Zeus dan Hermes mau datang ke dalam kehidupan manusia untuk memberikan penyertaan para dewa bagi manusia. Bayangkan betapa berdosanya ini.
Memberikan pujian kepada berhala untuk mukjizat yang Tuhan kerjakan, juga memberikan penyembahan kepada berhala untuk kerelaan mereka datang mengunjungi manusia, padahal Paulus dan Barnabas justru memberitakan tentang Yesus yang rela menjadi manusia untuk menebus manusia.
Orang-orang Listra ini menunjukkan bahwa manusia hanya mau percaya apa yang dia mau percaya. Sangat sulit mengubah iman manusia. Hanya anugerah Allah melalui kuasa Roh Kudus yang sanggup mengubah manusia. Walaupun Paulus telah berkhotbah menyatakan Yesus Kristus kepada mereka, tetap saja mereka hanya mau percaya apa yang mereka mau percaya.
Bukti, argumen, berita yang dinyatakan dengan kuasa Roh Kudus tetap tidak mampu mengubah orang-orang ini. Setelah berkhotbah, menyembuhkan orang lumpuh, dan dianggap sebagai dewa, Paulus segera menyerukan kembali khotbah singkatnya mengenai kebaikan Allah. Di dalam ayat 15-17 Paulus menyatakan dengan sepenuh hati bahwa mereka telah sangat menyakiti hati Allah.
Allah yang senantiasa memberikan kebaikan membiarkan manusia mengambil jalan masing-masing, yang sebenarnya mengarahkan mereka menuju kebinasaan. Tetapi Allah juga tetap memanggil manusia untuk kembali kepada Dia. Allah tetap memelihara manusia, memberi berkat, memberi penghidupan, dan semua yang membuat manusia tetap hidup dan menerima kebajikan Tuhan. Tuhan memanggil manusia dengan kebaikan-Nya supaya manusia kembali kepada Dia. Khotbah yang sangat indah ini pun ternyata diabaikan oleh orang-orang Listra itu. Mereka tetap dengan konsep agama yang kacau yang mereka miliki. Para dewa tetap menjadi sembahan mereka.
Untuk direnungkan:
Bagian ini mengingatkan kita bahwa kesesatan berpikir dan penyembahan yang salah itu sangat sulit diubah. Mustahil mengubah hati bangsa-bangsa yang tidak pernah mengenal Allah yang benar. Mereka menolak Allah yang senantiasa berbuat kebajikan bagi mereka dan mereka lebih memilih untuk bersyukur kepada kuasa jahat dan dewa-dewa palsu. Demikianlah jahatnya manusia.
Manusia mau mengambil apa yang baik yang diberikan Allah, tetapi menolak mengenal Allah yang telah memberikan apa yang baik. Kita mau mukjizat, pemeliharaan, bahagia, hidup sejahtera, hidup limpah, penuh sukacita, tetapi kita tidak pernah mau kenal Dia yang memberikannya kepada kita. Kita hanya tahu menerima, lalu setelah itu tetap dengan kekerasan hati kita masing-masing.
Ada yang keras hati di dalam agama yang salah. Ada yang keras hati di dalam dosa-dosa yang tidak juga mau dia tinggalkan. Ada yang keras hati di dalam ego dan mementingkan diri sendiri. Kiranya Tuhan berbelaskasihan kepada kita dan mau mengubahkan kita melalui firman-Nya. Marilah kita menerima firman-Nya dan kembali menyembah Dia dengan cara yang benar.
Sumber : http://pemuda.stemi.id
0 Response to "Penolakan Terhadap Firman Allah"
Post a Comment