Paruh Musim MotoGP yang Penuh Drama


Jakarta - Keberhasilan pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, memenangi GP Jerman di Sirkuit Sachsenring, Minggu (17/7), menandai berakhirnya paruh musim MotoGP 2016. Sebuah paruh musim yang penuh drama, insiden, dan kejutan.

MotoGP 2016 sempat diprediksi akan menjadi salah satu musim terketat dalam sejarah balap motor Grand Prix. Pasalnya, hingga berakhirnya GP Perancis yang merupakan seri kelima, selisih poin antara ketiga pebalap: Marquez, Jorge Lorenzo, dan Valentino Rossi hanya 12 poin.

Namun, klasemen mulai 'terbentuk' di empat seri terakhir. Dua kegagalan finis yang masing-masing diraih Lorenzo dan Rossi dalam empat seri terakhir membuat Marquez semakin nyaman di puncak klasemen sementara.

Keberhasilan Marquez memenangi GP Jerman membuat The Baby Alien saat ini unggul 48 poin atas Lorenzo di puncak klasemen sementara hingga paruh musim. Keunggulan Marquez atas Rossi di peringkat ketiga lebih jauh lagi, yakni 59 poin.

Terlepas dari keunggulan 'nyaman' Marquez, jalannya MotoGP 2016 hingga paruh musim terbilang penuh drama. Mulai dari seringnya balapan di kondisi cuaca tidak menentu dan mengakibatkan balapan flag-to-flag, kontroversi ban Michelin, hingga kebangkitan tim-tim kecil.

Kondisi cuaca yang tidak menentu membuat balapan GP Argentina diperpendek menjadi hanya 20 lap. GP Belanda sempat dihentikan di tengah-tengah balapan karena cuaca buruk, dan terakhir GP Jerman juga diberlakukan balapan flag-to-flag.

Kontroversi Michelin

Kehadiran ban Michelin sebagai penyuplai tunggal ban untuk kelas MotoGP juga menciptakan kontroversi. Pebalap dari tim-tim pabrikan, seperti Lorenzo dan Dani Pedrosa, mengaku tidak senang dengan performa ban asal Perancis tersebut.

Mereka menganggap ban Michelin, terutama di kondisi hujan, sangat tidak bersahabat. Itu sebabnya Lorenzo tidak pernah meraih hasil positif jika kondisi trek basah. Di GP Argentina pebalap asal Spanyol itu gagal finis, sementara di GP Belanda dan Jerman, Lorenzo finis di posisi kesepuluh dan 15.

"Dengan ban Bridgestones, ketika hujan saya masih bisa berjuang untuk meraih kemenangan, setidaknya di posisi lima besar. Tapi sekarang, dengan ban Michelin dan motor ini, saya benar-benar kesulitan," ujar Lorenzo seperti dikutip dari Crash.net.

Namun, kehadiran ban Michelin juga menjadi berkah tersendiri bagi tim-tim non-pabrikan. Di kondisi trek basah para pebalap tim non-pabrikan justru tampil impresif.

Terbukti Jack Miller dari Marc VDS mampu memenangi GP Belanda di bawah guyuran hujan deras. Akhir pekan lalu Scott Redding (Pramac) dan Cal Crutchlow (LCR) sukses mengguncang GP Jerman dengan merebut podium, sementara Rossi finis kedelapan dan Lorenzo finis ke-15.

Sejumlah drama lain yang tercipta di MotoGP 2016 hingga paruh musim ini adalah rusaknya motor Valentino Rossi di GP Italia. Sempat bersaing dengan Lorenzo di posisi terdepan, Rossi harus mengakhiri balapan di lap kedelapan karena motor M1 yang ditungganginya mengalami kegagalan mesin.

Selain itu ada jabat tangan Rossi dan Marquez usai balapan GP Katalonia. Sebuah jabat tangan yang mengakhiri konflik antar-kedua pebalap yang sudah berlangsung sejak GP Malaysia musim lalu.

Dengan sembilan seri tersisa, MotoGP 2016 dipastikan akan berlangsung menarik hingga akhir musim. Banyak hal yang layak dinantikan, salah satunya persaingan antara Marquez, Lorenzo, dan Rossi.

Hal lainnya yang patut ditunggu hingga akhir musim adalah, apakah Rossi dan Lorenzo akan mengakhiri konflik dan berjabat tangan?

Sumber : http://www.cnnindonesia.com

Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Paruh Musim MotoGP yang Penuh Drama"

Post a Comment

Sumber Lain