1.
Bakteri di susu formula
Jakarta - Di Indonesia, bakteri Sakazaki pernah
membuat geger pada tahun 2008 silam. Ketika itu berdasarkan penelitian
yang di lakukan IPB terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di
antaranya mengandung bakteri berbahaya. Hasil riset tersebut merupakan
kelanjutan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dari tahun 2003
hingga 2006.Bakteri Sakazaki atau yang secara lengkapnya disebut Enterobacter Sakazaki, merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif berbentuk koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Sampai tahun 1980, E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning.
E. sakazakii dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki risiko tertinggi terinfeksi E. sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Kasus ini sempat membuat para orangtua khawatir memberikan anak-anaknya susu formula. Terlebih lagi, tidak ada pengumuman resmi dari pemerintah tentang mana saja susu formula yang mengandung zat berbahaya tersebut.
2.
Pembalut mengandung Klorin
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) pernah melansir temuannya mengenai produk pembalut wanita, yang
mengandung zat pemutih atau klorin. Zat klorin diketahui sangat
berbahaya, jika terus menerus bersinggungan langsung dengan tubuh
manusia, terutama sistem reproduksi wanita.Penelitian ini dilakukan pada periode Desember 2014-Januari 2015, dengan menggunakan sampel pembalut dan pantyliner yang kerap digunakan konsumen wanita Indonesia.
Bahan kimia pemutih yang biasa digunakan untuk membuat pembalut menjadi terlihat lebih bersih, memiliki efek samping yang dapat meracuni sistem kekebalan tubuh serta reproduksi wanita.
Efeknya yang sering muncul ialah di sekitar organ intim wanita akan timbul seperti iritasi atau ruam. Ruam tersebut munculnya berbagai macam alasan. Salah satunya, disebabkan karena kondisi yang terlalu lembab dan penyerapan pembalut kurang maksimal.
3.
Vaksin palsu
Akhir-akhir ini dunia medis dan kesehatan di Indonesia kembali
digegerkan oleh pengungkapan kejahatan, berupa peredaran vaksin palsu
yang marak tersebar di sejumlah rumah sakit dan klinik kesehatan.
Menteri Kesehatan RI Nila Djuwita Moeloek memaparkan, bagaimana para
tersangka pembuat vaksin palsu ini bisa mendistribusikan vaksin palsu
tersebut.Nila mengatakan, awalnya ada kecurigaan pihak Kemenkes dengan adanya kelangkaan vaksin tertentu di pasar, yang bukan merupakan vaksin program pemerintah. Kemudian, ditemukan juga vaksin nonprogram pemerintah dengan harga yang murah.
Kemudian, ditemukan 3 botol bekas dari Rumah Sakit Hermina di Bekasi, Rumah Sakit Betesda di Yogya, dan Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta Timur. Dua rumah sakit awal tersebut didistribusikan melalui Sugiyanti sebagai pengumpul botol bekas.
Sedangkan, untuk Rumah Sakit di Jakarta Timur, diawali oleh Irna dan Enday sebagai pengumpul botol bekas. Di situ pula ada percetakan yang dikelola oleh Sutanto.
"Vaksin diperoleh dari pemerintah. Sedangkan rumah sakit atau swasta dapat memperoleh dari pemerintah, atau dapat melakukan pengadaan sendiri, membeli dari distributor resmi. Tapi ada vaksin yang berasal dari sumber tidak resmi, bisa asli atau palsu," kata Menteri Nila.
Sampai saat ini, sudah ada 14 rumah sakit yang terindikasi terlibat dalam peredaran vaksin palsu ini. Sementara itu, orang-orang yang dipastikan terlibat dalam peredaran dan penjualan vaksin palsu ini antara lain adalah para pembuat vaksin palsu yakni Nuriani, Syafrizal, Iin Sulastri, Rita Agustina, Hidayat, dan Agus Priyanto.
Kemudian, distributor vaksin yakni Ryan pemilik Apotek Cahaya Medika, Farid melalui Apotek Ibnu Sina, lalu Mirza, Pius, dan Sutarman yang mendistribusikannya melalui Apotek Ciledug dan Rawa Bening, Jati Negara. Selain itu, distributor lainnya ialah Thamrin, melalui toko obat CV Azka Medical.
Sumber :
0 Response to "3 Kasus Dunia Kesehatan yang Bikin Geger Tanah Air"
Post a Comment