Ini ciri-ciri penipuan berkedok lowongan kerja


Jakarta - Setiap orang memang mendambakan mendapat pekerjaan yang tak terlalu berat atau sesuai dengan kemampuannya. Terlebih bila perusahaan tempat bekerja tersebut mampu membayar hasil kerja yang membuat karyawannya sejahtera.

Maka hal tersebut yang kerap membuat banyak orang tertarik membaca iklan lowongan kerja. Apalagi ditambah faktor jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, angka pengangguran pada Februari 2015 lalu sebesar 7,45 juta orang.

Namun kondisi semacam ini justru memunculkan orang-orang nakal yang mencari keuntungan dengan cara yang buruk. Hal tersebut berupa tindak pidana penipuan dengan membuat lowongan kerja abal-abal.
Kebanyakan modus ini dilakukan secara viral. Perilaku buruk tersebut-disebut melalui sosial media hingga sms. Untuk menarik hati para korbannya bisa dilakukan dengan beragam cara.

Beberapa di antaranya yaitu dengan menggunakan alamat email yang tidak valid. Selain itu penipuan bisa dengan iming-iming gaji besar. Calon korban kebanyakan dengan berbagai cara dan alasan dibuat untuk membayar sejumlah uang.

Akhirnya bukan pekerjaan yang didapat, korban justru kehilangan uangnya. Berikut beberapa ciri-ciri penipuan berkedok lowongan kerja yang memberikan iming-iming gaji fantastis, namun membuat korbannya rugi besar:

1.
Alamat email tidak valid

Informasi terkait lowongan kerja memang kerap ditunggu-tunggu. Setiap orang selalu memilah mana yang dirasa cocok dengan kompetensi dan bergaji tinggi.

Namun akhir-akhir ini justru banyak modus penipuan mengatasnamakan perusahaan besar yang membuka lowongan kerja. Salah satunya ialah lowongan kerja menggiurkan PT Gudang Garam Tbk.

Salah seorang staf HRD Gudang Garam, Jupiter, mengungkapkan ada info lowongan kerja palsu. Cara menjaring korban melalui alamat email yang tak valid. "Alamat email di pengumuman itu kan belakangnya ada @usa.com. Sementara, email resmi kita recruitment@gudanggaramtbk.com," kata Jupiter kepada Merdeka.com.

Jika anda menjadi salah satu pencari kerja, pastikan alamat email tersebut resmi milik perusahaan yang membuka lowongan tersebut. Hal tersebut bisa anda lakukan hanya melalui mesin pencari semacam Google.

2.
Minta sejumlah uang

Perusahaan yang membuka lowongan kerja otomatis siap membayar hasil kerja karyawan barunya. Namun kebanyakan lowongan kerja palsu justru meminta korbannya membayar uang awal agar diterima di perusahaan tersebut.

Contohnya misalnya, sempat ada sekitar 18 orang menjadi korban penipuan penyalur tenaga kerja ilegal di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Korban diminta membayar sejumlah uang mulai Rp 1 juta hingga Rp 5 juta untuk bisa masuk kerja ke sejumlah perusahaan di Kawasan Industri MM 2100, Cibitung.

Kapolsek Tambun Kompol Puji Hardi mengatakan, baru 18 orang melaporkan kasus ini. Namun, diduga masih banyak lagi penipuan dilakukan dua orang pelaku berinisial H dan I di wilayah Kabupaten Bekasi.
"Modusnya, pelaku mengiming-imingi calon korban bisa bekerja sebagai karyawan pabrik di Kawasan Industri MM 2100," kata Puji, Senin (30/5).

Untuk meyakinkan calon korbannya, pelaku mengaku mengenal orang dalam perusahaan, yaitu PT Nambu Plastik Indonesia. Karena itu, korbannya membayar uang jasa senilai Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Diperkirakan keuntungan dari menipu lebih kurang mencapai Rp 50 juta.

"Namun, meski sudah membayar ternyata tidak kunjung mendapatkan panggilan kerja. Padahal pelaku menjanjikan bisa bekerja sejak 12 Mei lalu," kata dia.

Karena curiga, salah satu korban mengecek ke perusahaan yang dijanjikan pelaku. Ternyata ke dua pelaku tersebut sudah lama dipecat perusahaan karena terdapat masalah.

"Bahkan ketika beraksi, para pelaku hanya menggunakan sarana mobil saja, tidak ada kantornya maupun tempat menetap. Diduga mobil yang biasa dipakai oleh pelaku merupakan hasil rental atau sewa," ujarnya.

Karena merasa menjadi korban penipuan, belasan orang di antaranya 12 perempuan dan 6 laki-laki mendatangi Polsek Tambun melaporkan kejadian ini. Pihaknya, kini masih menyelidiki, dan memintai keterangan sejumlah korban guna mengidentifikasi pelaku.

3.
Kantor tak meyakinkan

Modus penipuan berkedok lowongan kerja memang beragam. Salah satunya ada modus yang digunakan dengan cara pura-pura melakukan interview.
Namun ternyata perusahaan tersebut tidak meyakinkan. Dalam artian membuat nasib korban mengambang

Hal tersebut sempat terjadi pada Maryam (24). Dia mengaku menjadi korban penipuan sebuah perusahaan bernama PT Interaksa Multimedia.

Kejadian itu terjadi pada Rabu (16/3), saat dirinya hendak melakukan wawancara di perusahaan tersebut. Maryam mengaku tes wawancara itu didapatnya setelah Senin (14/3) kemarin, mengirimkan surat lamaran kerja melalui Loker dan Jobs.id.

Berselang sehari, Selasa (15/3), Maryam mendapatkan pesan singkat untuk wawancara di PT Interaksa Multimedia. Maryam pun mendatangi perusahaan yang terletak di ITC Fatmawati (Perkantoran Duta Mas) Blok A 2/7 Jakarta.

"Sekitar pukul 18.00 WIB, Selasa (15/3) kemarin, saya dapat SMS jadwal interview ke Jakarta di PT Interaksi Multimedia. SMS itu atas nama Talita Anindya Putri," kata Maryam kepada merdeka.com.

Maryam sempat ragu ketika sampai di perusahaan tersebut. Tak ada keterangan nama perusahaan, hanya bentuk ruko saja. Tak seperti kantor pada umumnya, dia hanya menemukan sebuah mesin foto copy yang berada di lantai 2.

"Saya cek nama perusahaan di internet. Saya lihat perusahaan Interaksi Mulitimedia treck recordnya bergerak di jasa pendaftaran online gitu. Tapi pas browsing ada keterangan awas penipuan. Cuma pas saya datang pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.

 Saya ditanya dari mana sama satpam? Saya bilang mau ketemu Ibu Talita. Ibu Talita enggak ada terus disuruh nunggu gitu. Akhirnya digantiin sama laki namanya Fredy sekitar 25 tahun," kata Maryam.

Menurut Maryam, pertemuan dengan Fredy selayaknya wawancara pekerjaan pada umumnya di setiap perusahaan. Namun kecurigaannya memuncak setelah Fredy memintanya agar menyetorkan uang Rp 800 ribu untuk membeli seragam sebagai tanda kerja di PT. Interaksa Multimedia.

Maryam mengaku sempat menanyakan dasar permintaan uang Rp 800 ribu. Namun, pihak perusahaan beralasan, uang itu agar seluruh pekerja memakai seragam.

"Nah saya nurut saja pas disuruh bayar. Kemudian ada orang menemani saya ke ATM karena enggak bawa uang tunai. Kemudian balik lagi dan saya kasih Rp 700 ribu dan diambil sama si Fredy ini terus saya tanda tangan. Dalam surat perjanjian itu intinya di situ saya bayar kurang. Akan dibayar setelah kerja. Saya bayar materai juga Rp 30 ribu," bebernya.

Kemudian setelah menyetorkan uang Rp 700 ribu, Maryam diarahkan Fredy untuk bertemu Ibu Yupendri. Maryam mengatakan, pertemuan dengan Ibu Yupendri untuk tanda tangan kontrak kerja.
"Nah itu pas lagi disodorin tanda tangan nama perusahaan itu beda. Perusahaan Inti Kamal. Tapi saya tetap tanda tangan," tukasnya.

Setelah tanda tangan dirinya sempat dipersilakan duduk. Di tengah menunggu kelanjutan kontrak kerja Maryam bertanya dengan sosok pria di sampingnya.

Kepada Maryam, lelaki itu mengaku melamar kerja sebagai petugas gudang namun disuruh mengisi posisi admin. Mendapat jawaban itu, Maryam semakin curiga. Dari situlah Maryam kembali mengecek keabsahan PT Inti Kamal, yang setelah dicek ternyata bermasalah.

"Ya sudah saat itu langsung aja saya mau ambil uang saya lagi," seloroh Maryam.
Namun usaha itu tidak mudah didapatnya. Sebab, sejumlah pegawai yang berada di perusahaan itu menghalanginya. Bahkan, salah seorang perempuan berusaha mendorongnya hingga hendak terjatuh.

"Saya ditarik-tarik. Saya cuma bilang saya minta uang saya aja kembali. Mereka jawab enggak bisa itu kan udah perjanjian. Mereka langsung pada marah. Saya bilang aaja saya punya kenalan polisi. Mereka jawab kita ini juga diurus Mabes Polri kok.

Terus saya diserang tuh satu orang perempuan. Ia menarik saya mau ngajak ke Mabes Polri. Yaudah saya ladenin sampai akhirnya seluruh orang si situ diam."

Keributan itu berujung pengembalian uang Maryam sekitar Rp 300 ribu. Menurut pihak perusahaan uang sisanya sebagai kompensasi perjanjian yang sudah ditanda tangani. Maryam pun meminta masyarakat waspada terhadap ajakan wawancara di perusahaan. Dirinya masih pikir-pikir melaporkan kasus yang menimpanya ke pihak kepolisian.

"Soalnya saya browsing sudah pernah ada yang melaporkan tapi enggak dilanjutin polisi. Dari beberapa keterangan sih enggak perusahaan itu dibeking polisi," kata Maryam.
Penelusuran merdeka.com, PT. Interaksa Multimedia memang terletak di ITC Fatmawati (Perkantoran Duta Mas) Blok A 2/7 Jakarta. Namun saat dihubungi mengenai kasus yang dialami Maryam, nomor telepon yang tertera dalam website tersebut tidak menjawab.

4.
Nomor telepon kantor tak ada

Country Manager Jobstreet.com, Farida Lim sempat menjelaskan salah satu cara mengetahui apakah lowongan kerja tersebut palsu atau tidak, dengan mencari tahu keaslian nomor telepon perusahaan. Ketika telah memasukkan lamaran, pencari kerja biasanya ditelepon untuk melakukan sesi wawancara.

Dari nomor telepon tersebut, sebenarnya pencari kerja bisa curiga apakah itu penipuan atau tidak. Menurut Farida, hal yang paling patut dicurigai adalah ketika nomor yang dihubungi adalah nomor seluler dan kemudian meminta And untuk segera menghubungi nomor lain untuk konfirmasi lowongan tersebut.

"Karena sangat aneh apabila sebuah perusahaan besar yang menyelenggarakan lowongan tetapi nomor telepon yang bisa dihubungi adalah nomor seluler dan bukan nomor fixed-phone resmi dari perusahaan tersebut," jelasnya.

Selain itu, lowongan kerja penipuan juga melakukan pemanggilan wawancara melalui pesan singkat atau SMS.
"Jika ada perusahaan yang melakukan pemanggilan interview melalui SMS, sebaiknya dihindari," ujar dia.


Sumber :  http://www.merdeka.com

Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Ini ciri-ciri penipuan berkedok lowongan kerja"

Post a Comment

Sumber Lain