Atletico Bukan Tanpa Celah, Madrid pun Punya Kelemahan


Liga Champions Eropa musim 2015/2016 akhirnya mencapai puncak. Minggu (29/5/2016) dinihari WIB, Real Madrid dan Atletico Madrid akan berjibaku di Stadion San Siro kota Milan, untuk memperebutkan status jawara Eropa musim ini.

Sebelumnya mungkin tak akan ada yang menyangka bahwa final Liga Champions musim ini akan kembali menghadirkan Derby Madrid. Bayern Munich dan Barcelona yang diunggulkan ternyata harus tersingkir lebih dini. Kesebelasan yang menaklukkan Bayern dan Barca adalah Atletico.

Atletico mungkin berada di atas angin karena mampu mengalahkan dua kandidat juara Liga Champions musim ini. Namun, Madrid pun tengah dalam form yang luar biasa dan memiliki catatan pernah mengalahkan Atletico di final Liga Champions dua tahun silam.

Lantas siapa yang kali ini akan mengangkat trofi "Si Kuping Besar"?

Menghancurkan Tembok Pertahanan Atletico dengan Umpan Silang

"Defends wins title", katanya. Dengan gaya bermain yang mengutamakan kekuatan di lini pertahanan, Atletico yang dibesut Diego Simeone pun kerap menjadi batu sandungan kesebelasan-kesebelasan besar untuk bisa menjuarai sebuah kompetisi.

Meski banyak tidak disukai, nyatanya filosofi tersebut memang memberikan sejumlah kesuksesan bagi Atletico. Sejak Diego Simeone menangani Atletico pada 2011, trofi-trofi berdatangan ke lemari Atletico. Dimulai dari Liga Europa pada musim pertamanya, hingga menjuarai La Liga pada musim 2013/2014.

Total Simeone telah mempersembahkan lima trofi untuk Atleti. Dan semua trofi tersebut didapatkan dengan cara bermain yang sama, yakni menekankan kekuatan pada kordinasi lini pertahanan. Ungkapan "Defends wins title", terbukti bukan omong kosong belaka bersama Simeone.


Musim ini, kekuatan pertahanan Atletico semakin menjadi-jadi. Di La Liga, mereka hanya kebobolan 18 kali dari 38 pertandingan. Jumlah ini bahkan lebih sedikit dibanding pada 2014 saat mereka menjuarai La Liga (26 kebobolan).

Dari 57 pertandingan yang dijalani Atletico pada musim ini di segala ajang, 35 di antaranya berhasil tidak kebobolan. Jumlah kebobolannya sendiri hanya 26 gol. Jumlah kebobolan ini merupakan yang paling sedikit dibanding kesebelasan manapun di liga Eropa.

Solidnya lini pertahanan Atletico memang bisa dibilang membuat lini depan lawan ketakutan. Namun bukan berarti tak bisa dikalahkan. Toh, tak hanya satu dua kesebelasan yang mampu mengalahkan Atletico yang musim ini memiliki lini pertahanan yang super kokoh.

Tercatat ada delapan kesebelasan yang mengalahkan Atletico. Tak semuanya kesebelasan besar. Selain Bayern dan Barcelona yang sekali menang di Liga Champions, kesebelasan seperti Benfica, Malaga, Celta Vigo, Sporting Gijon, Villareal, dan Levante pun bisa mengalahkan Atletico musim ini.

Barca menjadi kesebelasan yang mampu menaklukkan Atletico tiga kali musim ini. Di La Liga, pada dua pertemuannya pertandingan selalu berakhir dengan skor 1-2 untuk Barca. Di Liga Champions, Barca sendiri kalah dengan agregat 2-3 (kalah 0-2 di Vicente Calderon setelah menang 1-2 di Camp Nou).

Jika dilihat dari kekalahan-kekalahan Atletico musim ini, sebanyak enam kali mereka sebenarnya mampu unggul lebih dulu. Bahkan dalam tiga pertemuan melawan Barca, tiga kali pula Atletico kalah meski sempat unggul lebih dulu. Levante, Sporting Gijon, dan Benfica pun berhasil menang setelah Atleti mencetak gol terlebih dahulu.

Ada indikasi Atletico akan bermain agresif untuk menyerang di awal-awal permainan. Setelah mampu mencetak gol, Atleti akan habis-habisan memperketat lini pertahanan, sambil melancarkan skema serangan balik dengan mengandalkan umpan-umpan terobosan pada Antoine Griezmann atau Fernando Torres. Sebanyak 11 pertandingan Atletico menang dengan skor 1-0.

Sementara itu, dalam kekalahan Atletico ada tren bagaimana mereka selalu kebobolan ketika menghadapi umpan silang. Dari 19 gol yang bersarang ke gawang Atleti ketika kalah, 11 gol di antaranya bersumber dari skema umpan silang, entah itu umpan silang mendatar ataupun melambung. Lainnya, satu yang berasal dari skema tendangan bebas dan sisanya dari serangan lewat tengah.

Skema umpan silang boleh jadi akan menjadi cara Madrid menaklukkan Atletico pada final kali ini. Skema umpan silang pun sebenarnya menjadi penakluk Atletico pada final 2014 silam. Selain gol Sergio Ramos yang memanfaatkan sepak pojok, gol Gareth Bale yang membuka kran gol Real Madrid pada babak tambahan pun berasal dari umpan silang Angel Di Maria.

Atletico Harus Meniru Apa yang Dilakukan Wolfsburg

Berbicara pertemuan kedua tim, Atletico sebenarnya boleh percaya diri jika melihat statistik pertemuan. Nyatanya, usai kalah di final 2014 yang berlangsung di Lisbon, Atletico tak pernah kalah lagi dari Madrid meski keduanya bertemu sebanyak 10 kali.

Seperti yang sudah disebutkan di awal artikel, Atletico pun memiliki modal pernah mengalahkan Bayern dan Barca (serta PSV Eindhoven) untuk melangkah ke final di babak fase gugur. Catatan tersebut lebih mengilap jika dibandingkan dengan Madrid yang "hanya" mengalahkan AS Roma, Wolfsburg, dan Manchester City di fase gugur.

Namun, Madrid tak akan mudah dikalahkan. Setelah kursi kepelatihan berpindah tangan dari Rafael Benitez ke Zinedine Zidane, Madrid tampil luar biasa. Sejak ditangani Zidane, Madrid menorehkan 21 kemenangan dan tiga kali seri dari 26 pertandingan.








Berkat Zidane pula Madrid terus menempel Barca di perburuan gelar La Liga. Walau pada akhirnya tetap gagal mengudeta puncak klasemen pada akhir kompetisi, apa yang ditunjukkan Zidane bersama anak asuhnya tetap luar biasa, dengan torehan 12 kemenangan beruntun.

Hanya saja Atletico mungkin sudah memiliki formula untuk mengalahkan Madrid-nya Zidane. Bersama Zidane, Madrid baru mengalami dua kali kekalahan. Selain dikalahkan Wolfsburg di Liga Champions, satu kekalahan lainnya terjadi di La Liga, dan Atletico adalah pelakunya.

Atletico kala itu mengalahkan Madrid dengan susah payah. Atletico yang biasanya mampu mencetak gol pada babak pertama, harus menunggu menit ke-52 di mana Griezmann yang berkordinasi dengan Filipe Luis menaklukkan Keylor Navas.

Dari dua kekalahan Madrid, satu kesamaannya adalah mereka selalu unggul mutlak perihal penguasaan bola. Melawan Wolfsburg, Madrid berhasil menguasai 61% penguasaan bola, sementara saat ditaklukkan Atletico penguasaan bola Madrid mencapai 66%.

Cara yang paling jitu sebenarnya cara yang dilakukan Wolfsburg kala menaklukkan Madrid dengan skor 2-0. Meski hanya melepaskan 10 tembakan, tujuh di antaranya berhasil on target. Berbeda dengan Atletico yang melepaskan 9 tembakan, satu menjadi gol dari lima on target.

Wolfsburg sendiri berhasil menang karena sukses menaklukkan sisi kiri pertahanan Madrid. Dua gol yang dicetak (satu lewat penalti), di mana kedua tercipta pada babak pertama, berasal dari serangan yang masuk melalui sisi kiri pertahanan Real Madrid. Saat itu Madrid menurunkan Marcelo pada pos bek kiri. Kala itu, Henrique yang berposisi sebagai gelandang kanan Wolfsburg berhasil membuat Madrid kocar-kacir.

Marcelo memang full-back yang sangat rajin melakukan overlap. Kemampuannya dalam melepas umpan silang dan penetrasi ke kotak penalti lawan menambah daya ledak serangan Madrid dari sisi kiri.

Namun, hal itu kerap kali menjadi bumerang. Wolfsburg adalah satu-satunya kesebelasan yang berhasil mengeksploitasi sisi kiri pertahanan Madrid. Apalagi saat itu, Madrid tampil dengan kekuatan terbaiknya, kekuatan yang memungkinkan akan ditampilkan sejak menit pertama pada laga final menghadapi Atletico Madrid kali ini.



Kesimpulan

Pertemuan kali ini tak akan sama seperti pertemuan pada dua tahun silam. Tak ada nama Iker Casillas, Fabio Coentrao, Angel Di Maria, dan Sami Khedira di kubu Madrid kali ini, begitu juga dengan Thibaut Courtois, Miranda, Diego Costa, dan David Villa yang telah meninggalkan Atletico.

Partai final pun akan menyajikan penampilan terbaik kedua kesebelasan. Atletico tampil dengan tanpa satu pun pemain yang absen. Sementara di kubu Madrid hanya Raphael Varane yang absen karena cedera. Cristiano Ronaldo, yang sempat mengalami cedera menjelang laga ini, pun telah dipastikan akan tampil dengan kekuatan 100%.

Kedua kesebelasan memiliki kans untuk menang. Kedua kesebelasan memiliki kelemahan yang terilhat di lini pertahanan mereka. Tinggal bagaimana kedua kesebelasan mampu mengeksploitasi kelemahan lawan masing-masing.

Kami memprediksi Madrid akan menang untuk meraih trofi ke-11 Liga Champions mereka. Skema umpan silang bukan tak mungkin dilakukan oleh Madrid yang akan menurunkan Benzema, Bale, Cristiano di lini depan. Belum lagi Madrid tampil begitu meyakinkan semenjak dilatih Zidane. Sementara Atletico sempat mengendur menjelang musim berakhir setelah dikalahkan Bayern dan Levante secara beruntun.

Sumber : http://sport.detik.com

  AV> 


Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Atletico Bukan Tanpa Celah, Madrid pun Punya Kelemahan "

Post a Comment

Sumber Lain