Ketua Baru PDIP Jakarta: Jangan Bandingkan Ahok dan Risma


Jakarta, CNN Indonesia -- Tawa tersembur dari mulut Ady Widjaja ketika ditanya soal calon gubernur Jakarta pilihan massa akar rumput Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atau Tri Rismaharini?

“Jangan suka membandingkan orang,” ujarnya serius, setelah beberapa saat sebelumnya tergelak.

Sampai saat ini, Senin (5/9), PDIP belum juga menentukan calon gubernur yang akan diusung pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017. Namun itu wajar, mengingat masa pendaftaran bakal calon kepala daerah dan wakilnya dijadwalkan baru berlangsung pekan ketiga bulan ini, 19-21 September.

Lazimnya, lobi politik akan berlangsung hingga dekat tenggat waktu yang ditetapkan.

PDIP, sebagai partai dengan kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta, sangat menentukan konstelasi kekuatan politik menjelang dan saat pilkada.

Dukungan banteng moncong putih terhadap calon manapun, akan menjadi angin segar bagi kandidat terkait –dan para pengusungnya.

Di tengah ketidakjelasan arah angin yang bakal membawa suara PDIP itulah, Ady Widjaja mendadak ditunjuk menjadi Ketua DPD PDIP DKI Jakarta. Ia menggantikan Bambang Dwi Hartono yang sebelumnya menjabat Pelaksana Tugas Ketua DPD PDIP DKI Jakarta.

Bambang, sebelum itu ialah mantan wakil wali kota Surabaya yang mendampingi Risma. Ia dikenal kritis terhadap Ahok, dan ikut menyanyikan lagu ‘Ahok Pasti Tumbang’ dengan sejumlah kader PDIP. Video mereka bernyanyi bersama sambil mengepalkan tangan itu kemudian viral di media sosial.

Soal pergantian kepemimpinan DPD PDIP DKI Jakarta itu, Ady berkata blak-blakan: dia ditunjuk langsung tanpa mekanisme tertentu.

“Tidak ada prosesnya. Saya ditunjuk langsung oleh DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Partai, bukan melalui pemilihan,” kata dia.

Berikut selengkapnya perbincangan wartawan CNNIndonesia.com, Gloria Safira Taylor dan Prima Gumilang, dengan Ady Widjaja di Kantor DPD PDIP DKI Jakarta, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (3/9).


Anda jadi orang nomor satu di PDIP Jakarta menjelang pilkada digelar. Bagaimana Anda melihatnya?

Awalnya, saya kader biasa bersama Pak Pantas dan Pak Gembong. Pada tahun 2005, saya dimintai partai menjadi bendahara di bawah kepemimpinan Bapak Agung Sumanto. Tiga periode saya dipercaya oleh partai menjadi bendahara (DPD DKI Jakarta), hingga akhirnya ditunjuk menjadi Ketua DPD.

Pantas Nainggolan kini menjabat Ketua Bidang Kehormatan PDIP DKI Jakarta, dan Gembong Warsono merupakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu DKI Jakarta. Kedua anggota DPRD DKI Jakarta itu sedang berada di ruangan Ady Widjaja.


Apa makna penunjukan ini bagi Anda, di tengah situasi politik ibu kota yang tengah memanas?

Biasa saja. Saya maknai ini sebagai satu penghargaan dan penghormatan yang sangat luar biasa dalam karier politik saya. DPP bisa percaya kepada saya itu suatu anugerah. Ini kepercayaan. Seumur hidup, saya paling bangga hari ini.


Bagaimana proses yang berjalan sehingga Anda menjadi Ketua DPD PDIP Jakarta?

Tidak ada prosesnya. Saya juga enggak menyangka dan kaget. Saya dipanggil ke DPP kalau tidak salah tanggal 29 (Agustus).

Saya ditunjuk langsung oleh DPP partai, bukan melalui pemilihan. Saya juga tidak mencalonkan diri.


Apa pesan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri kepada Anda selaku Ketua DPD PDIP Jakarta yang baru?

Ibu Megawati hanya meminta saya untuk konsolidasi ke bawah. Kami ini petugas partai murni, ditugaskan untuk melaksanakan perintah partai dengan baik. Kami tegak lurus dengan perintah partai.

Menurut saya, kalau seseorang sudah berkecimpung di dunia politik dan masuk partai politik, maka ia menjalankan politik partai, bukan politik individual.

Saya berprinsip, orang harus ikut partai, bukan orang ikut orang. Mungkin itu juga yang jadi pertimbangan partai atas saya.


Anda kenal Ahok secara pribadi?

Saya tidak kenal Ahok.

Semua tahu kalau Ahok itu Gubernur (tertawa). Saya juga tahu, tapi secara individu saya enggak kenal. Saya tidak pernah berhubungan dengan dia. Kami tidak pernah saling kontak. Saya enggak ada nomor dia, dia juga enggak ada nomor saya.

Ini (penunjukan sebagai Ketua DPD PDIP Jakarta) enggak ada urusan dengan pilkada, dan tidak ada urusan untuk mendukung atau menolak seseorang.


Sepengetahuan Anda, di antara Ahok dan Risma, mana yang lebih disukai massa akar rumput PDIP Jakarta?

(Tertawa). Jangan suka membandingkan orang dan orang, itu tidak baik. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Anda juga bisa melihat cara mereka memimpin.

Saya tidak mau membandingkan Anda dengan dia gantengan mana. Apalagi membanding-bandingkan pemimpin. Itu tidak fair karena masing-masing orang punya kelebihan dan kekurangan.

Saya tidak boleh menilai orang. Itu bukan kapasitas saya.

Tugas saya saat ini adalah bagaimana mengonsolidasikan partai ini, bagaimana menanggapi Pilkada 2017. Jadi, saya tidak ada urusan dengan nama siapapun (calon).

(Soal pencalonan) gubernur itu domainnya DPP Partai. Saya hanya ditugaskan oleh DPP Partai untuk menjaring bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur. Itu sudah selesai Juni lalu, dan sudah diserahkan ke DPP.

Selanjutnya DPP mengadakan seleksi, fit and proper test. Lalu mengerucut enam nama, namun itu sudah bukan tugas kami (DPD) lagi. Kami sekarang menunggu apa perintah partai (DPP). Siapa ditunjuk oleh partai, kami jalankan. Jadi kami tidak pernah ikut dalam proses yang dilakukan oleh DPP.


Anda diduga sejumlah orang dipilih menjadi Ketua DPD PDIP Jakarta untuk memuluskan langkah Ahok diusung PDIP. Apa tanggapan Anda?

Yang merekomendasikan (seseorang) diusung oleh PDI Perjuangan (menjadi calon gubernur) itu DPP partai –Ketua Umum dan Sekjen. Bukan DPD yang menentukan.

Jadi bagaimana saya akan memuluskan seseorang, sedangkan saya tidak punya wewenang itu.

Aturan KPU menyatakan, partai mengusung calon harus dengan ketua definitif. Ini kan sudah menjelang pendaftaran calon, jadi tidak bisa oleh Plt (Pelaksana Tugas Ketua DPD PDIP Jakarta).

Pak Bambang kan Plt dan Ketua DPP Pemenangan Pemilu Nasional PDIP, jadi pasti sibuk karena akan menghadapi pilkada serentak untuk 101 daerah.


Apakah PDIP masih di dalam Koalisi Kekeluargaan?

Sebelum ada keputusan partai, kami masih (ikut Koalisi Kekeluargaan). Kami kan harus ada komunikasi (dengan partai politik lain), tidak mungkin sendirian.


Kapan PDIP akan mengumumkan calonnya untuk Pilkada Jakarta?

Kami (DPD PDIP Jakarta) tidak tahu. Itu bukan wewenang kami. Perlu diketahui, kami ini menghadapi pilkada serentak di 101 daerah. Itu tidak bisa (dirampungkan dengan) hanya satu hari kerja.

DPP Partai kan untuk satu per satu daerah. Oleh karena DPD DKI ini dengan DPP, maka lebih didahulukan yang jauh seperti Indonesia bagian timur.

Kami sebagai pengurus partai, murni tegak lurus dengan apa yang diperintahkan partai kepada kami.


Jadi, siapa yang akan diusung oleh PDIP di Jakarta?

Saya tidak tahu. Setahu saya, semula sudah mengerucut enam nama, dan ada usulan dari bawah dua nama, yaitu Boy Sadikin dengan Djarot (Saiful Hidayat). Hanya itu saja.

Siapa calonnya, bukan kami (DPD) yang menentukan, dan saya tidak akan menjawab hal yang saya tidak tahu.


Apa kendala yang dialami PDIP dalam menetapkan calon?

Tidak ada.


Bagaimana komunikasi politik PDIP dengan Ahok?

Saya tidak tahu, dan saya tidak pernah berkomunikasi dengan Ahok sampai hari ini.


Bagaimana kesiapan mesin politik partai untuk memenangkan calon yang akan diusung nanti?

Kami konsolidasi. Saya kumpulkan semua DPC (Dewan Pimpinan Cabang). Maka itu tugas saya sekarang ini banyak.

Sumber : http://www.cnnindonesia.com

Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Ketua Baru PDIP Jakarta: Jangan Bandingkan Ahok dan Risma"

Post a Comment

Sumber Lain