PERAN Inggit Garnasih dalam
kehidupan Soekarno sangatlah besar. Dialah wanita yang selalu mendukung
dan berada di samping Bung Karno, saat bapak Indonesia merdeka ini
mengalami kesulitan di penjara dan masa pembuangannya.
Namun pada akhirnya dia harus tersingkir oleh wanita yang lebih muda dan hangat, justru di hari tuanya. Kisah tragis Inggit ini merupakan satu babak dalam tragedi cinta Soekarno dan perjuangan mencapai Indonesia merdeka.
Sebelum bertemu dengan Soekarno, Inggit adalah seorang nyonya kaya di Bandung. Suaminya H Sanusi merupakan seorang pengusaha yang kecanduan judi. Hubungan rumah tangga mereka kurang bahagia, hingga akhirnya dia bertemu Soekarno.
Dalam buku karangan Im Yang Tjoe yang terbit tahun 1933 dan berjudul Soekarno sebagi Manoesia, dituliskan bahwa Inggit berasal dari keluarga miskin dan tidak berpunya yang dalam istilah Soekarno adalah kaum Marhaenisme.
"Inggit Garnasih adalah seorang putri atau ibu dari kaum rakyat jelata yang dalam istilah Bung Karno kaum Marhaen sejati. Ia adalah putri seorang miskin, tidak terpelajar, tetapi berhati emas," tulis Im Yang Tjoe, di halaman 50.
Inggit kemudian menikah dengan H Sanusi, pengusaha kaya di Bandung. Namun perkawinan mereka tidak bahagia. Inggit akhirnya diceraikan dan dinikahi Soekarno yang saat itu baru saja bercerai dengan istrinya Siti Oetari Tjokroaminoto.
Saat Soekarno melamar Inggit sebagai istrinya, terjadi percakapan antara Soekarno dengan ayahanda Inggit. Waktu itu, ayahanda Inggit telah mengingatkan bahwa hubungan beda kelas sosial antara mereka tidak akan kekal abadi.
Namun pada akhirnya dia harus tersingkir oleh wanita yang lebih muda dan hangat, justru di hari tuanya. Kisah tragis Inggit ini merupakan satu babak dalam tragedi cinta Soekarno dan perjuangan mencapai Indonesia merdeka.
Sebelum bertemu dengan Soekarno, Inggit adalah seorang nyonya kaya di Bandung. Suaminya H Sanusi merupakan seorang pengusaha yang kecanduan judi. Hubungan rumah tangga mereka kurang bahagia, hingga akhirnya dia bertemu Soekarno.
Dalam buku karangan Im Yang Tjoe yang terbit tahun 1933 dan berjudul Soekarno sebagi Manoesia, dituliskan bahwa Inggit berasal dari keluarga miskin dan tidak berpunya yang dalam istilah Soekarno adalah kaum Marhaenisme.
"Inggit Garnasih adalah seorang putri atau ibu dari kaum rakyat jelata yang dalam istilah Bung Karno kaum Marhaen sejati. Ia adalah putri seorang miskin, tidak terpelajar, tetapi berhati emas," tulis Im Yang Tjoe, di halaman 50.
Inggit kemudian menikah dengan H Sanusi, pengusaha kaya di Bandung. Namun perkawinan mereka tidak bahagia. Inggit akhirnya diceraikan dan dinikahi Soekarno yang saat itu baru saja bercerai dengan istrinya Siti Oetari Tjokroaminoto.
Saat Soekarno melamar Inggit sebagai istrinya, terjadi percakapan antara Soekarno dengan ayahanda Inggit. Waktu itu, ayahanda Inggit telah mengingatkan bahwa hubungan beda kelas sosial antara mereka tidak akan kekal abadi.
Sumber : http://daerah.sindonews.com
0 Response to "Inggit Garnasih, Ibu Kaum Marhaen yang Tersingkir di Hari Tuanya"
Post a Comment