Menjajaki Surga Kecil di Garis Khatulistiwa


PALU - Hawa panas khas wilayah yang dilintasi garis khatulistiwa begitu terasa seketika kaki berpijak di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Namun, semua itu terbayar ketika deretan dua bukit membentang di antara Lembah Palu tersebut.

Ya, kota seluas 395.06 km persegi ini memang diapit dua deret bukit yang memanjang dari utara ke selatan. Di bagian tengah mengalir sebuah sungai besar yang langsung bermuara ke Teluk Palu.

Secara filosofis, lokasi kota itu disebutkan layaknya rumah adat Kaili, Souraja, yang ter
diri dari tiga bagian yakni pesisir (beranda depan), pemukiman urban (ruang tengah) dan daerah konservasi (ruang belakang).

Tak perlu waktu lama untuk mencapai pusat Kota Palu setelah tiba di Bandara Mutiara Sis Al Jufrie. Jalan-jalan di wilayah ini masih lengang dengan aspal yang mulus untuk menempuh ke pusat kota.
Palu menjadi kota yang strategis, selain memiliki sektor sumber daya alam (SDA) yang mumpuni dari sektor pertambangan hingga pariwisata, mereka juga menjadi akses wisata ke daerah lain seperti Kabupaten Donggala.

Salah satu lokasi wisata yang paling tersohor ialah Pantai Talise. Lokasinya cukup 15 menit dari Bandara Mutiara Sis Al Jufrie setelah terbang selama dua jam lebih dari Jakarta.

Menengok ke kanan dan kiri, wisatawan kembali disuguhkan deretan dua bukit. Namun uniknya, bukit itu tak menyatu karena terpotong Teluk Palu yang menjadi posisi persis dari Pantai Talise.

Deretan rumah makan yang menyajikan penganan khas Kota Palu berjajar rapih di sisi pantai. Angin khas pesisir ditambah perbukitan membuat nyaman untuk berdiam diri di tempat ini.
Pemerintah Kota (Pemkot) Palu memang tengah menggalakkan potensi wisata yang dimiliki, khususnya untuk regili. Selain itu mereka juga fokus membangun UMKM, lantaran menjadi akses ke berbagai lokasi di Sulawesi Tengah.

Untuk wisata regili sendiri, Palu memiliki dua makam dari tokoh agama Islam yakni makam Abdullah Raqie atau dikenal Datok Karamah dan makam pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia timur Alkhairaat Idrus Bin Salim Al Jufrie.

Tak hanya itu, mereka juga memiliki Masjid Arkam Babu Rahman atau yang dikenal dengan Masjid Apung. Disebutkan demikian lantaran masjid ini akan terlihat mengapung saat air di Pantai Talise tengah pasang. Karena, masjid ini berdiri di atas 25 tiang pancang di atas pantai.

"Pemerintah Kota Palu memang ingin membangun wisata religi itu, kita itu kan ada makam yang memang tokoh agama yaitu Sis Al Jufrie itu. Namanya juga menjadi bagian dari nama jalan dan bandara kan," ujar Kabag Humas Palu Aspah saat berbincang dengan merdeka.com.

Bergeser sedikit, Kota Palu juga memiliki Museum Sulawesi Tengah. Di tempat ini disimpan secara apik 7.457 benda museum yang terdiri dari koleksi geologika, biologika, etnografika, historika, numismatika, fisiologika, keramologika, seni rupa, teknologika dan arkeologika.

Terakhir, Palu juga memiliki Sou Raja atau rumah panggung yang merupakan peninggalan nenek moyang dari keluarga bangsawan suku Kaili. Sou Raja bisa juga diartikan sebagai rumah raja.
[hrs]
Sumber : http://www.merdeka.com
AV> 


Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Menjajaki Surga Kecil di Garis Khatulistiwa"

Post a Comment

Sumber Lain