Borneo - Jarum jam menunjukkan pukul 12.00 Waktu Indonesia Tengah (WITA), atau 1 jam lebih cepat dari waktu di Jakarta. Cuaca cukup terik, sampai-sampai pakaian tak mampu menghalangi sinar matahari menusuk pori-pori kulit.
Perjalanan untuk menyusuri jantung Borneo di mulai dari Kantor World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia di Kecamatan Barong Tongkok (Bangkok), Kabupaten Kutai Barat, pekan lalu.
Pemandangan sepanjang perjalanan begitu kontras. Jalanan begitu luwes, tidak ada hingar bingar layaknya ibu kota, tidak ada kepadatan mobil yang menyebabkan kemacetan yang mengekor ribuan meter, cukup untuk melakukan Car Free Day setiap hari. Hanya sepeda motor yang sering melintasi jalanan.
Jarum jam menunjukkan pukul 12.00 Waktu Indonesia Tengah (WITA), atau 1 jam lebih cepat dari waktu di Jakarta. Cuaca cukup terik, sampai-sampai pakaian tak mampu menghalangi sinar matahari menusuk pori-pori kulit.
Perjalanan untuk menyusuri jantung Borneo di mulai dari Kantor World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia di Kecamatan Barong Tongkok (Bangkok), Kabupaten Kutai Barat, pekan lalu.
Pemandangan sepanjang perjalanan begitu kontras. Jalanan begitu luwes, tidak ada hingar bingar layaknya ibu kota, tidak ada kepadatan mobil yang menyebabkan kemacetan yang mengekor ribuan meter, cukup untuk melakukan Car Free Day setiap hari. Hanya sepeda motor yang sering melintasi jalanan.
Sumber : http://www.merdeka.com
Perjalanan untuk menyusuri jantung Borneo di mulai dari Kantor World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia di Kecamatan Barong Tongkok (Bangkok), Kabupaten Kutai Barat, pekan lalu.
Pemandangan sepanjang perjalanan begitu kontras. Jalanan begitu luwes, tidak ada hingar bingar layaknya ibu kota, tidak ada kepadatan mobil yang menyebabkan kemacetan yang mengekor ribuan meter, cukup untuk melakukan Car Free Day setiap hari. Hanya sepeda motor yang sering melintasi jalanan.
Jarum jam menunjukkan pukul 12.00 Waktu Indonesia Tengah (WITA), atau 1 jam lebih cepat dari waktu di Jakarta. Cuaca cukup terik, sampai-sampai pakaian tak mampu menghalangi sinar matahari menusuk pori-pori kulit.
Perjalanan untuk menyusuri jantung Borneo di mulai dari Kantor World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia di Kecamatan Barong Tongkok (Bangkok), Kabupaten Kutai Barat, pekan lalu.
Pemandangan sepanjang perjalanan begitu kontras. Jalanan begitu luwes, tidak ada hingar bingar layaknya ibu kota, tidak ada kepadatan mobil yang menyebabkan kemacetan yang mengekor ribuan meter, cukup untuk melakukan Car Free Day setiap hari. Hanya sepeda motor yang sering melintasi jalanan.
Sumber : http://www.merdeka.com
AV>
0 Response to "Menelusuri pinggiran di jantung Borneo"
Post a Comment