Ketua Dewan Pembina Pospera Adian Napitupulu meragukan 1 juta KTP yang telah diperoleh Teman Ahok. Terlebih singkatnya waktu yang digunakan yakni dari Maret hingga Juni 2016.
Menurut dia, sangat mustahil relawan Teman Ahok yang tidak memiliki basis di daerah bisa mengumpulkan KTP sebanyak dan secepat itu. Apalagi, lanjutnya, Teman Ahok awalnya mendapatkan 770.000 KTP untuk mendukung Ahok.
Namun, dukungan itu tidak digunakan karena ada aturan baru yang menyebut isi formulir harus berisi nama calon gubernur dan wakil calon gubernur. Akhirnya, Teman Ahok tidak menggunakan KTP tersebut.
"Secara nalar berat. Ini tergantung mesinnya, mesin pengumpulan Teman Ahok yang tidak punya ranting atau anak ranting seperti partai," kata politikus PDIP itu.
Dia pun membandingkan dengan PDIP. Menurut dia, PDIP mempunyai banyak ranting dan wajar jika pengumpulan itu dilakukan oleh PDIP.
"Misalnya PDIP, punya 265 ranting, dan tiap ranting punya 10 anak ranting. Artinya 2.650 orang di Jakarta ranting PDI-P, makanya cari 1 juta KTP itu gampang," ujar Adian.
Selain itu, Adian juga meragukan dana Teman Ahok. Menurut dia, anggaran yang dipaparkan Teman Ahok berubah-ubah.
Dia juga meragukan pernyataan Teman Ahok yang berubah-ubah soal laporan keuangan. Bahkan, Adian melihat tidak ada transparansi dalam pengumpulan dana.
"Saya tidak melihat adanya nomor rekening. Bagaimana transaksinya, apakah di bawah tangan? Di bawah meja? Nanti PPATK tidak bisa melakukan audit kalau transaksi tidak jelas," kata dia.
Menjawab tudingan Adian, Teman Ahok mengundang para pihak yang meragukan pengumpulan 1 juta KTP di Pejaten. Namun para pihak tersebut tak datang, termasuk Adian dan Politikus Gerindra Habiburokhman.
"Makanya kita menyayangkan. Kalau enggak ada yang bisa hadir ini bisa dibuktikan. Mau bagaimana pun teman yang hadir di sini untuk membuktikan satu tahun kemarin yang sudah dikerjakan," kata Juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas di Markas Teman Ahok, Jakarta, Rabu (29/6).
Selain itu, pihaknya juga mengundang seluruh partai politik untuk menyaksikan pembuktian pengumpulan sejuta KTP ini. Namun tak ada perwakilan partai politik yang hadir.
"Ya semua (parpol), kita undang secara terbuka kalau memang yang punya kontaknya kita undang secara personal," kata dia.
Soal undangan, Adian mengaku mendapat undangan tersebut dari Tim Ahli Teman Ahok, I Gusti Putu Artha.
"Tadi malam di salah satu studio tv swasta, Putu Artha berkali-kali mengajak saya dengan intonasi yang tinggi untuk hadir dalam verifikasi 1 juta KTP yang dikumpulkan sendiri, di hitung sendiri dan rencananya di verifikasi sendiri. Saya senang di undang terbuka oleh Putu Artha walau saya bingung Putu Artha mengundang atau mengancam," kata Adian dalam keterangan tertulisnya, Jakarta.
Politikus PDIP itu menegaskan, harusnya Teman Ahok mengundang mereka yang tak yakin akan KTP satu juta tersebut dengan bicara baik, halus, lembut dan tidak perlu berteriak teriak. Walau bingung, kata Adian, dia mencoba memahami bahwa berteriak-teriak itu identik dengan kepanikan.
"Mengumpulkan KTP dan memverifikasi KTP sendiri itu sama seperti sebuah permainan yang dimainkan sendiri disoraki sendiri, diwasiti sendiri lalu di puji-puji sendiri dan terakhir ya tertawa bangga sendiri," sindirnya.
Menurut Adian, Teman Ahok mengklaim sudah siapkan 4.000 relawan 'berbayar' untuk memverifikasi 1 juta KTP itu. Dengan 4.000 relawan berbayar maka tiap relawan itu rata-rata harus memverifikasi 250 KTP.
"Jika kita hitung secara logis, realistis dan humanis berdasarkan biaya yang sama dengan apa yang dibayarkan Teman Ahok untuk mengumpulkan KTP yaitu 560 KTP per bulan dibayar Rp 2,5 juta berarti per KTP di biayai Rp 4.450," kata Adian.
Dengan biaya verifikasi KTP Rp 4.450, biaya pulsa telp Rp 1.000, biasa sms Rp 350, ongkos 1.500, dan biaya lain seperti minum, makan, sekitar Rp 1.600, maka tiap relawan berbayar akan menerima 250 KTP x Rp 4.450, sama dengan Rp 1.112.500 Per relawan.
Menurut dia, dengan jumlah relawan 4.000 orang maka untuk verifikasi 1 Juta KTP Teman Ahok diperkirakan bisa habiskan Rp 4,4 milyar.
"Jika angka andai andai itu benar, tentunya saya merasa miris karena biaya verifikasi KTP itu menghabiskan uang senilai 4 bangunan SD. Kalau boleh saran baiknya hemat saja uang itu untuk hal-hal lain yang lebih berguna untuk Rakyat seperti membeli 45 ambulans Teman Ahok dari pada membuang uang hanya untuk mendengar tepuk tangan sendiri," jelas Adian.
"Kalau saja Teman Ahok mau sabar hingga 50 hari ke depan maka Teman Ahok bisa menghemat banyak uang karena verifikasi administrasi dan faktual yang nanti pasti juga akan dilakukan oleh KPU di bulan Agustus. Tapi mungkin uang bagi teman Ahok bukan masalah besar, butuh berapapun bisa di siapkan dengan mudah, cukup jual kaos, semua biaya beres," tandasnya
Sumber : http://www.merdeka.com
0 Response to "Adian berkoar-koar Soal Teman Ahok Tapi giliran diundang tak datang"
Post a Comment