Jakarta - Perwakilan PT Global Trans Energy Internasional
memastikan tidak ada uang tebusan yang dibayarkan ke kelompok Abu Sayyaf
untuk membebaskan 4 orang WNI. Pihak perusahaan juga menjamin pemberian
kompensasi bagi keempat ABK.
"Tebusan tidak ada. Sementara untuk kompensasi bagi mereka jelas ada tapi saya tidak tahu berapa, ada bagian sendiri," ujar perwakilan PT Global Trans Energy Internasional, Riswandi kepada wartawan di Kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Jumat (13/5/2016).
Riswandi memastikan perusahaan akan tetap memberikan hak bagi keempat ABK. Ini sesuai dengan instruksi Menlu Retno Marsudi.
Mencegah terjadinya penyanderaan seperti yang dialami 4 WNI yakni M Ariyanto Misnan, Lorens Marinus Petrus Rumawi, Dede Irfan Hilmi dan Samsyir, pihak perusahaan tidak akan membuka rute menuju Filipina.
"Sementara tidak, sementara kita beroperasi di dalam negeri dulu," ujar Riswandi.
Syamsir, WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf mengaku pernah diikat di pohon selama penyanderaan. Perlakuan yang sama juga dialami 3 WNI lainnya, ABK kapal tunda (tugboat) Henry.
"Kami dibawa ke suatu tempat, di sana kami diikat pakai tali di satu pohon. Diikat berempat mengelilingi pohon. Jadi selama (disandera) kami tidak dipisah," ujar Syamsir.
Pertama kali disandera, mata Syamsir dan 3 WNI lainnya yakni Mochamad Ariytanto Misnan, Loren Marinus Petrus Rumawi, dan Dede Irfam Hilmi ditutup kain. Penyanderaan dilakukan kelompok Abu Sayyaf tanpa memilih target.
"Saat itu mereka mengacak siapa saja, jadi tidak pilih orang, siapa saja di bawa sama mereka," kata Syamsir.
Sumber: http://news.detik.com
"Tebusan tidak ada. Sementara untuk kompensasi bagi mereka jelas ada tapi saya tidak tahu berapa, ada bagian sendiri," ujar perwakilan PT Global Trans Energy Internasional, Riswandi kepada wartawan di Kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Jumat (13/5/2016).
Riswandi memastikan perusahaan akan tetap memberikan hak bagi keempat ABK. Ini sesuai dengan instruksi Menlu Retno Marsudi.
Mencegah terjadinya penyanderaan seperti yang dialami 4 WNI yakni M Ariyanto Misnan, Lorens Marinus Petrus Rumawi, Dede Irfan Hilmi dan Samsyir, pihak perusahaan tidak akan membuka rute menuju Filipina.
"Sementara tidak, sementara kita beroperasi di dalam negeri dulu," ujar Riswandi.
Syamsir, WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf mengaku pernah diikat di pohon selama penyanderaan. Perlakuan yang sama juga dialami 3 WNI lainnya, ABK kapal tunda (tugboat) Henry.
"Kami dibawa ke suatu tempat, di sana kami diikat pakai tali di satu pohon. Diikat berempat mengelilingi pohon. Jadi selama (disandera) kami tidak dipisah," ujar Syamsir.
Pertama kali disandera, mata Syamsir dan 3 WNI lainnya yakni Mochamad Ariytanto Misnan, Loren Marinus Petrus Rumawi, dan Dede Irfam Hilmi ditutup kain. Penyanderaan dilakukan kelompok Abu Sayyaf tanpa memilih target.
"Saat itu mereka mengacak siapa saja, jadi tidak pilih orang, siapa saja di bawa sama mereka," kata Syamsir.
Sumber: http://news.detik.com
0 Response to "Perusahaan Operator Kapal ABK: Tidak Ada Tebusan Pembebasan 4 WNI"
Post a Comment