Masyarakat Irak Merayakan Natal di Bawah Tekanan ISIS



Jakarta, Hercules -- Tahun ini, perayaan Maulid Nabi Muhammad jatuh hanya sehari sebelum hari raya umat Kristen, Natal. Di Baghdad, Irak, keduanya sama-sama dirayakan dengan penuh suka cita. Itu seakan menandakan persaudaraan umat Muslim dan umat Kristen di tanah yang penuh konflik agama itu.

Diberitakan Reuters, kembang api akan menerangi sungai Tigris, setiap hari sepanjang pekan. Pohon Natal setinggi 25 meter pun sudah disiapkan di sebuah taman publik di Zawraa. Di kamp Zayuna, anak-anak bisa mendengar lagu Natal dan berdansa dengan Sinterklas.

Adalah Asosiasi Perempuan Baghdad, sebuah organisasi lintas agama, yang menyediakan layanan itu. Mereka juga membagi hadiah di kamp Zayuna, sementara kidung Natal disetel.

Perayaan itu sedikit melipur lara di tengah suasana perang yang mencekik. Namun bagi kebanyakan kaum Kristen, itu ternyata terlambat. Keberadaan ISIS tetap membuat mereka tertekan dan bermasa depan suram.

 "Natal adalah kepercayaan dalam hati. Tapi secara sosial saya tertekan. Sebagian besar keluarga dan kenalan saya mengungsi atau meninggal dunia," kata Said Jalal, 31 tahun, pekerja sukarela di kamp Zayuna itu.

"Saya melihat sejumlah gerakan yang bagus dari banyak orang di Facebook. Itu membuat saya bahagia, jujur. Orang-orang merayakan Natal bersama kami, bertentangan dengan ISIS," kata Mariam, seorang guru sekolah di Baghdad.

Ia melanjutkan, "Tetapi apakah itu nyata? Saya tidak berpikir demikian." Ia sudah terlanjut kehilangan banyak saudara seagama, dengan aksi ISIS menguasai sepertiga wilayah Irak sejak 2014, meskipun umat Kristen juga hidup di sana selama hampir dua ribu tahun lamanya.

ISIS hendak menjadikan Irak sebagai khalifah. Sejauh ini, mereka berhasil mengusir 200 ribu orang Kristen dari Nineveh, daerah utara Irak.

Kebanyakan umat Kristen merindukan rezim sebelumnya, yakni hari-hari pemerintahan Saddam Hussein. Meski diktator, ia tidak mendiskriminasi masyarakat berdasarkan agama. "Semua hal berubah setelah itu," kata Abu Fadi, pekerja di kamp umat Kristen Zayuna.

Salah satu tokoh kunci rezim Saddam adalah Tariq Aziz. Sang menteri luar negeri beragama Kristen. Namun, ia meninggal di penjara Juni lalu. Sedangkan Saddam, meninggal di tiang gantungan pada akhir 2006. Masyarakat kemudian merasakan penganiayaan dari kelompok ISIS.

Penduduk Irak yang beragama Kristen menurun dari 1,3 juta orang pada 1997, menjadi 650 ribu sekarang. Dalam kondisi normal, jumlahnya seharusnya menjadi dua juta orang. Namun, sebagian memilih meninggalkan tanah itu.

Menurut Imad Yohana, seorang pegiat agama Kristen di Irak, kebijakan negara barat yang memudahkan umat Kristen di Timur Tengah mendapatkan visa atas alasan hak asasi manusia, ikut andil dalam mengurangi penduduk Irak. Mereka memilih meninggalkan tanahnya. (rsa)

Sumber : www.cnnindonesia.com

Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Masyarakat Irak Merayakan Natal di Bawah Tekanan ISIS"

Post a Comment

Sumber Lain