JAKARTA - Konsolidasi politik yang
tercermin dalam perombakan kabinet jilid II dinilai sebagai upaya
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil jarak dengan Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai utama yang mengusungnya pada
Pilpres 2014.
Gayung pun bersambut saat Partai Golkar mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi untuk maju dalam Pemilu Presiden 2019. Meski sejumlah kalangan menilai dukungan tersebut terlalu dini, faktanya Jokowi sudah mengantongi tiket untuk lebih berjarak dengan PDIP.
"Jokowi ingin mengambil jarak dengan PDIP karena selama ini dianggap petugas partai," kata Dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ali Munhanif, Minggu (7/8/2016).
Ali menilai, reshuffle kabinet jilid II juga memutarbalikkan tuduhan kepada Jokowi yang selama ini dianggap tidak berpengalaman dan hanya tunduk kepada partai.
"Buktinya, Jokowi sanggup mengontrol partai, berhasil menerapkan dinamika dengan memasukkan PAN dan Golkar ke dalam kabinet," ucap Ali.
Gayung pun bersambut saat Partai Golkar mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi untuk maju dalam Pemilu Presiden 2019. Meski sejumlah kalangan menilai dukungan tersebut terlalu dini, faktanya Jokowi sudah mengantongi tiket untuk lebih berjarak dengan PDIP.
"Jokowi ingin mengambil jarak dengan PDIP karena selama ini dianggap petugas partai," kata Dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ali Munhanif, Minggu (7/8/2016).
Ali menilai, reshuffle kabinet jilid II juga memutarbalikkan tuduhan kepada Jokowi yang selama ini dianggap tidak berpengalaman dan hanya tunduk kepada partai.
"Buktinya, Jokowi sanggup mengontrol partai, berhasil menerapkan dinamika dengan memasukkan PAN dan Golkar ke dalam kabinet," ucap Ali.
Sumber : http://nasional.sindonews.com
0 Response to "Jokowi Ingin Mengambil Jarak dengan PDIP"
Post a Comment