ANKARA - Presiden Turki Tayyip
Erdogan mengakui bahwa intelijen Turki kebobolan sehingga terjadi upaya
kudeta militer yang menewaskan ratusan orang. Erdogan juga tidak
memungkiri kudeta baru bisa saja terjadi, tapi itu tak mudah.
Pengakuan Erdogan itu muncul dalam wawancaranya dengan Reuters. ”Kita lebih waspada,” katanya terkait kemungkinan terjadi kudeta baru.
”Sangat jelas bahwa ada kesenjangan yang signifikan dan kekurangan dalam intelijen kita, tidak ada gunanya mencoba untuk menyembunyikan atau menyangkalnya. Saya mengatakan kepada kepala intelijen nasional,” ujar Erdogan di istananya di Ankara, yang dilansir Jumat (22/7/2016).
Erdogan menuduh Fethullah Gulen—ulama kharismatik Turki yang tinggal di Amerika Serikat dan mantan sekutunya—sebagai dalang upaya kudeta militer pada Jumat malam pekan lalu. Usai kudeta, rezim Erdogan melakukan tindakan keras dengan menangkap dan memecat hingga sekitar 60 ribu orang dari kalangan tentara, polisi, hakim, PNS hingga guru yang dianggap terlibat dan mendukung kudeta.
Usai kudeta gagal, Erdogan mulai melakukan restrukturisasi militer, dengan Dewan Tertinggi Militer (YAS) sebagai badan pengawas. Menurut Erdogan retrukturisasi itu akan membuat militer Turki memperoleh “darah segar” kembali.
”Mereka semua bekerja sama untuk apa yang mungkin dilakukan, dan dalam jumlah yang sangat singkat struktur baru akan muncul. Dengan struktur baru ini, saya yakin militer akan mendapatkan darah segar,” ujar Erdogan.
”Setelah semua yang telah terjadi, saya pikir mereka sekarang harus menarik pelajaran yang sangat penting. Ini adalah proses yang berkelanjutan, kami tidak akan pernah berhenti, kami akan terus sangat aktif, kami memiliki rencana,” imbuh Presiden Erdogan.
Pengakuan Erdogan itu muncul dalam wawancaranya dengan Reuters. ”Kita lebih waspada,” katanya terkait kemungkinan terjadi kudeta baru.
”Sangat jelas bahwa ada kesenjangan yang signifikan dan kekurangan dalam intelijen kita, tidak ada gunanya mencoba untuk menyembunyikan atau menyangkalnya. Saya mengatakan kepada kepala intelijen nasional,” ujar Erdogan di istananya di Ankara, yang dilansir Jumat (22/7/2016).
Erdogan menuduh Fethullah Gulen—ulama kharismatik Turki yang tinggal di Amerika Serikat dan mantan sekutunya—sebagai dalang upaya kudeta militer pada Jumat malam pekan lalu. Usai kudeta, rezim Erdogan melakukan tindakan keras dengan menangkap dan memecat hingga sekitar 60 ribu orang dari kalangan tentara, polisi, hakim, PNS hingga guru yang dianggap terlibat dan mendukung kudeta.
Usai kudeta gagal, Erdogan mulai melakukan restrukturisasi militer, dengan Dewan Tertinggi Militer (YAS) sebagai badan pengawas. Menurut Erdogan retrukturisasi itu akan membuat militer Turki memperoleh “darah segar” kembali.
”Mereka semua bekerja sama untuk apa yang mungkin dilakukan, dan dalam jumlah yang sangat singkat struktur baru akan muncul. Dengan struktur baru ini, saya yakin militer akan mendapatkan darah segar,” ujar Erdogan.
”Setelah semua yang telah terjadi, saya pikir mereka sekarang harus menarik pelajaran yang sangat penting. Ini adalah proses yang berkelanjutan, kami tidak akan pernah berhenti, kami akan terus sangat aktif, kami memiliki rencana,” imbuh Presiden Erdogan.
Sumber : http://international.sindonews.com
0 Response to " Presiden Turki Akui Intelijen Kebobolan, Kudeta Baru Bisa Terjadi"
Post a Comment