KARO - Belum luput dari ingatan kita atas meninggalnya dua bocah asal Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, yang tewas diterjang lahar dingin Gunung Sinabung beberapa waktu lalu.
Hari ini, sekira pukul 16.48 Wib, tujuh warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, meninggal dunia tersapu ganasnya luncuran Awan Panas Guguran (APG) dengan jarak 4.500 meter yang turun ke desa tersebut.
Adapun para korban meninggal di antaranya, Karman Milala (60), Irwansyah Sembiring (17), Nanin beru Sitepu (54), Leo Perangin-angin, Muli Ginting, Ersada Ginting, dan Ibrahim Sembiring (57).
Sedangkan korban yang menderita luka berat dan hingga kini masih menjalani perawatan intensif adalah Cahaya Sembiring dan Cahaya Beru Tarigan (45). Seluruh korban merupakan warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat.
Korban jiwa sebanyak tujuh orang meninggal dunia, lima meninggal di tempat, dan dua di RS Haji Adam Malik-Medan, serta dua orang korban luka bakar akibat Awan Panas Guguran (APG) Gunung Sinabung.
Untuk mendapatkan perawatan yang lebih optimal, sesuai rujukan dari pihak RS Efarina Etaham Berastagi, saat ini korban selamat dan kritis masih menjalani perawatan di RS Haji Adam Malik-Medan.
Kejadian itu berlangsung pada saat masyarakat melakukan aktivitas sehari–hari di desa mereka yang memang berada dalam kawasan zona merah (red zone) yang telah ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Berdasarkan keterangan Dandim 0205/TK Letkol Inf Agustatius Sitepu, meski warga sudah dilarang kembali ke desa asal, namun tetap saja selama ini masyarakat tidak mengindahkan larangan itu dan masuk ke desa melalui jalur–jalur perladangan.
“Terdapat sejumlah portal yang kita tempatkan di akses jalan menuju desa–desa yang masuk kawasan zona merah telah dirusak dan sebagian lagi hilang," katanya, kepada wartawan, Minggu (22/5/2016).
Hal ini, kata dia, menunjukkan bahwa masyarakat memang tidak mengindahkan imbauan dan larangan aparat. Kedepannya, dia berharap, tidak ada lagi aktivitas warga di dalam kawasan tersebut.
Sementara menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo Natanail Perangin–angin, saat ini seluruh korban meninggal sudah diserahkan ke pihak keluarga bersangkutan.
Selanjutnya, mereka akan segera dimakamkan, di sejumlah daerah, diantaranya Desa Naman, Sukandebi, dan Sarinembah. Keseluruh jenazah korban diserahkan pihak Pemerintah Kabupaten Karo kepada keluarga di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
"Terkait dugaan masih ada satu orang korban awan panas yang tertinggal di lokasi kejadian, telah dihentikan pencarian dikarenakan pihak keluarga yang mengaku kehilangan anggota keluarganya sudah ditemukan dalam keadaan selamat," jelasnya.
Kejadian naas ini disebabkan kelalaian masyarakat yang tidak memperhatikan faktor keamanan, serta tidak mengindahkan imbauan/rekomendasi aparat, serta tidak mematuhi aturan dan larangan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah.
Menurut Nail, sebenarnya warga Desa Gamber dan tiga desa lainnya, yakni Desa Kutatonggal, Gurukinayan, dan Berastepu, yang masuk dalam relokasi tahap II, yakni relokasi mandiri hingga saat ini masih dalam proses.
“Seluruh warga dari empat desa tersebut yang masuk dalam relokasi tahap kedua, saat ini kondisinya mengungsi mandiri, sebab telah diberikan sewa rumah dan lahan selama setahun pada medio 2015 lalu,” ungkap Natanail.
Hari ini, sekira pukul 16.48 Wib, tujuh warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, meninggal dunia tersapu ganasnya luncuran Awan Panas Guguran (APG) dengan jarak 4.500 meter yang turun ke desa tersebut.
Adapun para korban meninggal di antaranya, Karman Milala (60), Irwansyah Sembiring (17), Nanin beru Sitepu (54), Leo Perangin-angin, Muli Ginting, Ersada Ginting, dan Ibrahim Sembiring (57).
Sedangkan korban yang menderita luka berat dan hingga kini masih menjalani perawatan intensif adalah Cahaya Sembiring dan Cahaya Beru Tarigan (45). Seluruh korban merupakan warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat.
Korban jiwa sebanyak tujuh orang meninggal dunia, lima meninggal di tempat, dan dua di RS Haji Adam Malik-Medan, serta dua orang korban luka bakar akibat Awan Panas Guguran (APG) Gunung Sinabung.
Untuk mendapatkan perawatan yang lebih optimal, sesuai rujukan dari pihak RS Efarina Etaham Berastagi, saat ini korban selamat dan kritis masih menjalani perawatan di RS Haji Adam Malik-Medan.
Kejadian itu berlangsung pada saat masyarakat melakukan aktivitas sehari–hari di desa mereka yang memang berada dalam kawasan zona merah (red zone) yang telah ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Berdasarkan keterangan Dandim 0205/TK Letkol Inf Agustatius Sitepu, meski warga sudah dilarang kembali ke desa asal, namun tetap saja selama ini masyarakat tidak mengindahkan larangan itu dan masuk ke desa melalui jalur–jalur perladangan.
“Terdapat sejumlah portal yang kita tempatkan di akses jalan menuju desa–desa yang masuk kawasan zona merah telah dirusak dan sebagian lagi hilang," katanya, kepada wartawan, Minggu (22/5/2016).
Hal ini, kata dia, menunjukkan bahwa masyarakat memang tidak mengindahkan imbauan dan larangan aparat. Kedepannya, dia berharap, tidak ada lagi aktivitas warga di dalam kawasan tersebut.
Sementara menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo Natanail Perangin–angin, saat ini seluruh korban meninggal sudah diserahkan ke pihak keluarga bersangkutan.
Selanjutnya, mereka akan segera dimakamkan, di sejumlah daerah, diantaranya Desa Naman, Sukandebi, dan Sarinembah. Keseluruh jenazah korban diserahkan pihak Pemerintah Kabupaten Karo kepada keluarga di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
"Terkait dugaan masih ada satu orang korban awan panas yang tertinggal di lokasi kejadian, telah dihentikan pencarian dikarenakan pihak keluarga yang mengaku kehilangan anggota keluarganya sudah ditemukan dalam keadaan selamat," jelasnya.
Kejadian naas ini disebabkan kelalaian masyarakat yang tidak memperhatikan faktor keamanan, serta tidak mengindahkan imbauan/rekomendasi aparat, serta tidak mematuhi aturan dan larangan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah.
Menurut Nail, sebenarnya warga Desa Gamber dan tiga desa lainnya, yakni Desa Kutatonggal, Gurukinayan, dan Berastepu, yang masuk dalam relokasi tahap II, yakni relokasi mandiri hingga saat ini masih dalam proses.
“Seluruh warga dari empat desa tersebut yang masuk dalam relokasi tahap kedua, saat ini kondisinya mengungsi mandiri, sebab telah diberikan sewa rumah dan lahan selama setahun pada medio 2015 lalu,” ungkap Natanail.
Sumber: http://daerah.sindonews.com
0 Response to "Sinabung Mengamuk, 7 Tewas dan 2 Luka Bakar Diterjang Awan Panas"
Post a Comment