Memburu Jejak Atun Istri' Santoso di Gunung Biru Tambarana


Jakarta - Jamiatun Muslim alias Atun lolos saat suaminya pemimpin MIT, Santoso alias Abu Wardah, tewas dalam baku tembak dengan tim Satgas Operasi Tinombala. Perempuan yang kerap menenteng senjata ini lari seribu langkah masuk ke hutan belukar di Gunung Biru, Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah.

Nyawa Santoso melayang setelah diterjang timah panas oleh prajurit dari Batalyon 515 Kostrad Jember yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala, pada Selasa 18 Juli 2016.

Setelah Santoso tertembak, Atun melarikan diri bersama Nurmi Usman, istri Basri dan seorang anggota Santoso, ke dalam hutan. Mereka menenteng senjata dan membawa satu pucuk senapan M-16.

Jejak-jejak Atun telah ditetapkan sebagai DPO ini terus menjadi buruan Tim Satgas Operasi Tinombala. Istri kedua Santoso ini beserta 19 anggota Santoso lainnya diimbau menyerahkan diri.

Ini sekelumit kisah istri Santoso:


Tiga anggota kelompok Santoso berhasil melarikan diri dalam kontak tembak dengan Tim Satgas Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah. Mereka yang lari masih memiliki senapan M-16.

"Operasi tetap dilanjutkan. Masih tersisa belasan lagi termasuk 3 yang melarikan diri. Mereka membawa satu pucuk senjata api M-16," kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (19/7/2016).

Boy menegaskan, Satgas Tinombala akan tetap melakukan perburuan mencari lokasi persembunyian kelompok Santoso. Sebab bukan hal yang mudah untuk mendapatkan lokasi persembunyian tersebut.

"Karena jejak mereka semakin dekat, jadi sayang juga dilepas, karena mendapatkan lokasi mereka tidak mudah," ujarnya.


Istri Santoso, Basri dan Ali, bergabung bersama para suaminya sejak Desember 2014. Istri Santoso meninggalkan anaknya yang berusia 1,5 tahun yang dititipkan kepada kerabat Santoso.

"Berdasarkan keterangan tersangka MAQ alias Brother bahwa istri Santoso dan 2 akhwat lainnya itu ada di hutan-hutan di Gunung Biru," ujar seorang perwira yang terlibat di Satgas Tinombala kepada detikcom, Senin (4/4/2016).

Selain istri Santoso, ada 2 wanita yang merupakan istri dari anggota Santoso yang juga ikut bergerilya di atas Gunung Biru, Kecamatan Tangkura, Kabupaten Poso itu. Keduanya adalah Nurmi Usman alias Oma (istri Basri) dan Tini Susantika alias Umi Farel (istri Ali Kalora).

Informasi tersebut juga dikuatkan oleh pengakuan 2 anak buah Santoso lainnya yakni Aco dan Genda. Keduanya saat ini tengah menjalani hukuman di sebuah lapas. "Dari keterangan napi Aco dan Genda, mereka mengantar ketiga akhwat itu naik ka Gunung Biru," cetusnya.

Soal keterlibatan istri Santoso dan 2 'bidadari' lainnya itu, dibenarkan oleh Kapolda Sulteng yang juga Kepala Penanggung Jawab Satgas Tinombala Brigjen Rudy Sufahriadi. "Ketiga akhwat tersebut sudah masuk dalam daftar DPO yang telah kami rilis," ujar Rudy.




Di dalam hutan, Atun ikut menenteng senjata laras panjang. detikcom mendapatkan foto eksklusif ketiga 'bidadari' saat sedang berada di hutan di atas gunung bersama Santoso Cs. Ketiganya mengenakan hijab dan bercadar warna hitam.

Salah satu perempuan terlihat memanggul senjata api laras panjang, tengah menyeberangi sungai kecil. Salah satu lainnya tampak sedang berjongkok dan membidik dengan senjata api laras panjang.

Foto-foto tersebut didapatkan dari handphone tersangka MAQ alias Brother yang juga pengikut Santoso yang kemudian disita oleh petugas sebagai barang bukti.

Bercadar dengan jilbab panjang menutup seluruh tubuh, perempuan itu menenteng dan berlatih menembakan senjata. Jamiatun dalam salah satu foto terlihat membidik sesuatu dengan senjatanya.

Polda Sulteng sudah memasukkan perempuan ini ke dalam DPO. Mereka dicari karena terlibat dalam kelompok teroris pimpinan Santoso.
Kelompok Santoso sudah sekian lama berada di dalam hutan. Kini keberadaan mereka semakin terjepit. Satgas Tinombala terus mengepung Santoso.

Bertahan hidup mereka mengkonsumsi hewan yang ada di hutan seperti Anoa, Burung Rangkong, dan Kuskus. Dahulu biasanya mereka mendapat pasokan logistik dari anak buahnya di perkampungan.


Kehadiran istri Santoso, Basri dan Ali, menimbulkan perpecahan di kelompok Santoso. Di dalam video yang disebarluaskan Santoso selalu berucap agar meninggalkan keluarga dan berjihad.

Pengakuan dari anggota kelompok Santoso yang ditangkap kepada penegak hukum, ketiga perempuan ini menimbulkan rasa tidak fair. Para anggota yang lain tidak dibolehkan membawa keluarganya.

"Apalagi perempuan itu meminta dilayani bak ratu, tidak membantu memasak dan selalu dikawal anak buah Santoso," tutur seorang penegak hukum yang mendengarkan kesaksian pelaku. Ada dua kurir serta anggota Santoso yang ditangkap petugas.

Pergerakan kelompok Santoso juga malah melambat dengan kehadiran tiga perempuan serta anak-anak Santoso tersebut. Sejumlah pengikut Santoso juga harus mengawal ketiga perempuan itu.

Selain itu, tim pengintai yang salah satu tugasnya berburu logistik juga diharuskan mencari pil KB dan pembalut wanita.

"Dalam beberapa kali penyergapan kami menemukan pil KB dan pembalut wanita," kata Hari.

Sumber : http://news.detik.com

Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Memburu Jejak Atun Istri' Santoso di Gunung Biru Tambarana"

Post a Comment

Sumber Lain