Mengenal Mbah Hardjo, Pensiunan Guru yang Sumbangkan Rp 21 Juta Hasil Jual Motor


Yogyakarta - Pujian netizen tertuju ke Hardjosudiro (80), pensiunan guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Mbah Hardjo, panggilan Hardjosudiro, dianggap mewakili kesederhanaan seorang guru dan tidak tamak. Dia menyumbangkan sebagian besar uang hasil penjualan motor kesayangannya ke yayasan.

Mbah Hardjo pensiun dari SMA Kolese De Britto pada 1996 silam. Setelah itu, hidupnya dihabiskan di rumah di kawasan Wirobrajan Yogyakarta bersama istrinya, Theresia Sutarti. Sedangkan anak semata wayangnya sudah berkeluarga dan tinggal di Bogor, Jawa Barat.

Ditemui di rumahnya, Senin (6/6/2016), Mbah Harjo menceritakan, selain mengajar kimia di De Britto, sejak kecil dirinya menggeluti dunia tari. Bahkan pada tahun 1971 dia dikirim oleh Keraton Yogyakarta ke Belanda untuk menari.

"Saya menari dari umur 14 tahun sampai kecelakaan tahun 1986 dan berhenti," kata Hardjo.

Di usia senja, Mbah Hardjo cukup aktif beraktivitas. Hanya saja, pada Oktober 2015 lalu, ia mendapatkan bantuan alat pacu jantung. Alhasil kakek dua ini dilarang mengendarai motor. Nah dari situlah, ia berniat menjual motor kesayangannya, Suzuki FR80 keluaran tahun 1977.

Niatan itu didengar salah satu alumni De Britto, lalu didiskusikan sesama alumni. Alumni De Britto memang solid dan menjaga komunikasinya dengan serius melalui berbagai media baik Facebook maupun Whatsapp. Banyak kegiatan yang mereka lakukan bersama mulai dari sekedar berkumpul reuni hingga menggalang dana untuk rekan, guru atau siapapun yang membutuhkan pertolongan.


Seorang alumni SMA Kolese De Britto, Yusuf Khestanon, mengatakan semua ini motor dibeli oleh alumni De Britto. Memangnya kalian tega, di saat kita belum jadi apa-apa, dia (motor itu) yang menemani guru kita ngajar," kata Anon, panggilan Yusuf Khestanon.

"Ini motor ada sejarahnya. Auranya bagus, milik guru, di mana penghaargaan kita untuk guru," tambah Anon saat dihubungi detikcom.

Proses lelang secara online via media sosial dilakukan mulai Kamis (26/5) lalu. Disepakati motor tersebut dilelang dimulai dari harga Rp 2 juta dan dengan tawaran selanjutnya kelipatan Rp 50 ribu, lalu kelipatan dari jumlah tawaran sebelumnya. Proses lelang ditutup pada Minggu (29/6) pukul 21.00 WIB.

"Pemenang lelang Rp 15,5 juta oleh pak Gunawan Wibisono angkatan 86. Tapi kami nggak mau dong kalau cuma sedikit. Lalu ada yang bilang, ya sudah kemarin yang nawar, tawaranmu jadikan 'bantingan'. Jangan cuma ngomong aja," ujar Anon sambil tertawa.

Namun dari usulan itu, tidak hanya penawar yang ikut menyumbang, tapi alumni-alumni lain yang tak ikut menawar turut menyumbang.

"Semua urunan (menyumbang) lalu ketemu lah angka Rp 36,4 juta," tuturnya.

Uang hasil lelang diberikan secara langsung di sebuah angkringan di Sleman, pada Sabtu (4/6/2016). Mantan murid sangat bahagia bisa membantu Sang Guru. Tak dinyana, uang hasil penjualan motor itu sebanyak Rp 21,5 juta justru disambangkan ke yayasan dan gereja. Mantan murid seolah diberi 'pelajaran' lagi oleh Mbah Hardjo bahwa uang bukan segalanya.


(sip/try)

Sumber : http://news.detik.com

 

  AV> 


Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Mengenal Mbah Hardjo, Pensiunan Guru yang Sumbangkan Rp 21 Juta Hasil Jual Motor"

Post a Comment

Sumber Lain