Jakarta - Politikus PDIP Adian Napitupulu
mengungkapkan perbincangannya dengan Presiden Jokowi soal keresahan
atas sikap Ahok yang ngotot maju lewat jalur independen. Pihak istana
dan Ahok membantah sikap resah Jokowi itu dan menuding Adian hanya
mengklaim.
Atas tudingan itu, Adian tidak mempermasalahkan, dan menyatakan dirinya hanya menyampaikan yang dia dengar.
Berikut jawaban Adian seperti yang dikirimkan melalui siaran pers yang diterima merdeka.com, Kamis (16/6):
Apa yang saya sampaikan dalam release kemarin tentang percakapan Presiden Jokowi terkait Ahok bukan dongeng dan bukan klaim untuk kepentingan Saham Freeport ataupun untuk jadi ketua umum Partai seperti klaim-klaim yang pernah terjadi.
Kalau Ahok tidak yakin apa yang saya sampaikan, ya itu urusan Ahok dengan keyakinannya. Karena bagi saya ini bukan masalah keyakinan tapi masalah pendengaran. Ahok boleh tidak yakin, tapi saya yang mendengar.
Kalau Johan Budi katakan Presiden tidak pernah bicara itu pada dia, ya itu urusan dia dengan Presiden. Sanggahan Johan Budi tidak serta merta meniadakan pertemuan dan pembicaraan Presiden dengan saya. Presiden mau bicara apa dengan siapa dan tentang apa itu 100 persen hak Presiden dan tidak ada kewajiban Presiden untuk melaporkan pada Jubir tentang apa saja pembicaraannya dengan siapapun.
Saya hanya menyampaikan apa yang disampaikan Presiden. Dan apa yang disampaikan Presiden juga sudah saya sampaikan pada Ahok tanggal 7 Juni melalui telepon.
Banyak yang bertanya kenapa saya menyampaikan ke publik pembicaraan Presiden dengan saya dan Sihol Manulang? Apa motif saya? Motif saya dan tujuan saya sederhana, bukan untuk minta saham, proyek atau kursi ketua umum partai tapi untuk mengingatkan Ahok pada apa saja yang sudah di sampaikan Presiden pada Ahok.
Jadi kalau Ahok katakan dia lebih dekat dengan Jokowi dibandingkan saya, ya boleh boleh saja, tapi dekat tidak selamanya berarti memahami, termasuk memahami bahwa tahun 2010 Jokowi menang 90% di Solo dan kemenangan mutlak itu tidak membuat Jokowi menjadi sombong apalagi meninggalkan partai. Jokowi menang di Pilkada DKI dan berikutnya menang di Pilpres tapi Jokowi tidak pernah tinggi hati lalu menyatakan kemenangannya bukan buah kerja keras partai bersama relawan.
Ahok boleh saja mengaku lebih dekat dengan Jokowi tapi lucu jika Ahok tidak sadar bahwa Jokowi tidak menyukai kegaduhan yang berlebihan tentang apapun termasuk gaduh tentang Pilkada dengan komentar-komentar tidak produktif yang membabi buta tanpa arah selama berbulan-bulan termasuk menyerang partai yang mengusung Ahok menjadi wakil Jokowi saat Pilkada DKI.
Baiknya Ahok mengurangi kesombongan yang tidak perlu karena kalaupun Ahok punya puluhan ribu relawan, tak perlulah bertinggi hati karena berapapun jumlah mereka tapi tetap saja mereka relawan. Sementara PDI Perjuangan punya jutaan kader yang sudah melewati banyak pahit getirnya politik bahkan di era Orde Baru yang represif sekalipun.
Ahok mau marah, Johan Budi mau menyangkal, Relawan Ahok kesal, atau apapun, mau pakai haters di dunia maya atau gugat menggugat di dunia nyata juga tidak apa apa, karena bagi saya itu semua tidak penting. Yang terpenting bagi saya adalah saya sudah menyampaikan pesan presiden. Pesan bagi saya adalah amanah yang sesulit apapun, risiko sebesar apapun tetap akan saya sampaikan.
Apalagi jika pesan itu untuk kebaikan Ahok bukan saja dalam memenangkan Pilkada tapi juga memenangkan program-program pembangunan jika ia menang nanti. Jika pesan itu untuk membangun sinergisitas tentu tidak ada yang salah terlebih lagi bukankah sinergisitas serupa juga pernah dilakukan di Pilkada 2012 bahkan juga di Pilpres 2014.
Justru sebaliknya saya akan menjadi bersalah jika pesan itu tidak saya sampaikan. Saya bersalah jika 'surat' yang dititipkan itu saya simpan dalam dompet saya saja.
Sumber : http://www.merdeka.com
AV
Atas tudingan itu, Adian tidak mempermasalahkan, dan menyatakan dirinya hanya menyampaikan yang dia dengar.
Berikut jawaban Adian seperti yang dikirimkan melalui siaran pers yang diterima merdeka.com, Kamis (16/6):
Apa yang saya sampaikan dalam release kemarin tentang percakapan Presiden Jokowi terkait Ahok bukan dongeng dan bukan klaim untuk kepentingan Saham Freeport ataupun untuk jadi ketua umum Partai seperti klaim-klaim yang pernah terjadi.
Kalau Ahok tidak yakin apa yang saya sampaikan, ya itu urusan Ahok dengan keyakinannya. Karena bagi saya ini bukan masalah keyakinan tapi masalah pendengaran. Ahok boleh tidak yakin, tapi saya yang mendengar.
Kalau Johan Budi katakan Presiden tidak pernah bicara itu pada dia, ya itu urusan dia dengan Presiden. Sanggahan Johan Budi tidak serta merta meniadakan pertemuan dan pembicaraan Presiden dengan saya. Presiden mau bicara apa dengan siapa dan tentang apa itu 100 persen hak Presiden dan tidak ada kewajiban Presiden untuk melaporkan pada Jubir tentang apa saja pembicaraannya dengan siapapun.
Saya hanya menyampaikan apa yang disampaikan Presiden. Dan apa yang disampaikan Presiden juga sudah saya sampaikan pada Ahok tanggal 7 Juni melalui telepon.
Banyak yang bertanya kenapa saya menyampaikan ke publik pembicaraan Presiden dengan saya dan Sihol Manulang? Apa motif saya? Motif saya dan tujuan saya sederhana, bukan untuk minta saham, proyek atau kursi ketua umum partai tapi untuk mengingatkan Ahok pada apa saja yang sudah di sampaikan Presiden pada Ahok.
Jadi kalau Ahok katakan dia lebih dekat dengan Jokowi dibandingkan saya, ya boleh boleh saja, tapi dekat tidak selamanya berarti memahami, termasuk memahami bahwa tahun 2010 Jokowi menang 90% di Solo dan kemenangan mutlak itu tidak membuat Jokowi menjadi sombong apalagi meninggalkan partai. Jokowi menang di Pilkada DKI dan berikutnya menang di Pilpres tapi Jokowi tidak pernah tinggi hati lalu menyatakan kemenangannya bukan buah kerja keras partai bersama relawan.
Ahok boleh saja mengaku lebih dekat dengan Jokowi tapi lucu jika Ahok tidak sadar bahwa Jokowi tidak menyukai kegaduhan yang berlebihan tentang apapun termasuk gaduh tentang Pilkada dengan komentar-komentar tidak produktif yang membabi buta tanpa arah selama berbulan-bulan termasuk menyerang partai yang mengusung Ahok menjadi wakil Jokowi saat Pilkada DKI.
Baiknya Ahok mengurangi kesombongan yang tidak perlu karena kalaupun Ahok punya puluhan ribu relawan, tak perlulah bertinggi hati karena berapapun jumlah mereka tapi tetap saja mereka relawan. Sementara PDI Perjuangan punya jutaan kader yang sudah melewati banyak pahit getirnya politik bahkan di era Orde Baru yang represif sekalipun.
Ahok mau marah, Johan Budi mau menyangkal, Relawan Ahok kesal, atau apapun, mau pakai haters di dunia maya atau gugat menggugat di dunia nyata juga tidak apa apa, karena bagi saya itu semua tidak penting. Yang terpenting bagi saya adalah saya sudah menyampaikan pesan presiden. Pesan bagi saya adalah amanah yang sesulit apapun, risiko sebesar apapun tetap akan saya sampaikan.
Apalagi jika pesan itu untuk kebaikan Ahok bukan saja dalam memenangkan Pilkada tapi juga memenangkan program-program pembangunan jika ia menang nanti. Jika pesan itu untuk membangun sinergisitas tentu tidak ada yang salah terlebih lagi bukankah sinergisitas serupa juga pernah dilakukan di Pilkada 2012 bahkan juga di Pilpres 2014.
Justru sebaliknya saya akan menjadi bersalah jika pesan itu tidak saya sampaikan. Saya bersalah jika 'surat' yang dititipkan itu saya simpan dalam dompet saya saja.
Sumber : http://www.merdeka.com
0 Response to "Jawaban Adian Disebut Catut Nama Jokowi Soal Keresahan Terhadap Ahok"
Post a Comment