Trauma Penyandraan WNI Oleh Abu Sayyaf

Jakarta - Trauma pasti dirasakan 10 WNI yang disandera. Satu bulan lebih mereka disandera kelompok Abu Sayyaf. Ada lebih dari lima orang anggota Abu Sayyaf yang menenteng senjata berat seperti M14 dan M16.

"Kami sering diancam akan diiris di leher," jelas salah seorang sandera Julian Philip saat serah terima sandera di Kemlu, Senin (2/5).

Ancaman-ancaman ini menjadi teror tersendiri bagi para sandera. Kelompok Abu Sayyaf juga mengawal ketat para sandera, bahkan saat buang air.

Anggota Abu Sayyaf memakai topeng. Mereka menggiring para sandera yang dibawa sejak akhir Maret lalu ini, bergerak di Kepulauan Sulu menghindari tentara Filipina. Beberapa kali sandera dipecah dalam dua rombongan. Alasannya untuk keselamatan pergerakan.

"Masalah keamanan kita sangat dijaga oleh mereka. Mereka tidak mau para sanderanya ada yang meninggal. Mungkin mereka berpikir kalau ada 1 sanderanya mati mereka nggak akan dapat uangnya. Mereka sangat menjaga safety kita," sambung Julian.



Hingga akhirnya akhir 30 April, para sandera dibebaskan. Sebelum subuh para sandera dibangunkan dan dibawa berjalan kaki, kemudian dengan truk ke kediaman Gubernur Sulu.

Masih menjadi perdebatan bagaimana sandera bisa bebas. Ada informasi yang menyampaikan kalau lobi Kivlan Zen, mantan Kakostrad yang berperan besar.

Sejak awal April bersama seorang koleganya, dan interpreter menembus hutan di Mindanao Selatan. Mereka melobi lewat kubu MNLF untuk pembebasan sandera. Di sisi lain kabarnya ada tim yang bergerak menegosiasi soal tebusan. Isu pembayaran tebusan sudah dibantah pemerintah. Pelepasan sandera karena alasan kemanusiaan.






Sumber: www.detik.com



Berlangganan Berita Terbaru:

0 Response to "Trauma Penyandraan WNI Oleh Abu Sayyaf "

Post a Comment

Sumber Lain