Ini Dia Isi Surat Aktivis Anti Orba Tentang Mulut Ahok – Seorang
aktivis Anti Orde Baru pada masa pemerintahan Soeharto menyatakan bahwa
tulisan dari Jaya Suprana tentang mulut Ahok yang keras dan tajam
disebut bisa menyesatkan orang lain. Menurut Soe Tjen sang aktivis bahwa
Jaya Suprana gagal memberikan gambaran tentang nilai-nilai yang
dperjuangkan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau nama
panggilannya Ahok.
Sebagaimana tulisan Soe di Harian Terbuka Sinar Harapan Online sebagai berikut.
Yang terhormat Pak Jaya Suprana,
Saya sangat menghormati, menghargai,
dan mengagumi semangat Anda mendidik seseorang untuk bersikap sopan.
Sayangnya, alasan yang Anda ajukan justru bisa menciptakan kelirumologi.
Saya akui, mulut Ahok memang kasar.
Namun bagi saya, masih tidak ada apa-apanya dibandingkan mulut Soeharto
yang menyebut sekelompok orang tertentu sebagai orang “Cina”, walaupun
mereka lahir dan besar di Indonesia, bahkan banyak di antaranya sudah
beberapa generasi hidup di Indonesia.
Soeharto juga berkali-kali menstigma
mereka. Mulut Ahok juga tidaklah senista Soeharto sewaktu ia menganggap
korban-korban peristiwa 30 September 1965 beserta anggota keluarga
mereka sebagai bagian dari “bahaya laten”.
Seperti Pak Jaya, saya adalah
seorang yang sering kali disebut “Cina” atau Tionghoa, walaupun saya
lahir dan besar di Indonesia dan memegang paspor Indonesia. Seperti Anda
juga, Pak Jaya Suprana, ayah saya adalah salah seorang korban peristiwa
30 September 1965.
Mungkin benar, seperti yang Pak Jaya
tulis, “Kebencian terhadap kaum Tionghoa belum lenyap.” Ahok masih
sering kali diserang dengan kata “Cina”, begitu juga saya. Tapi bila
saya, Anda, atau Ahok diserang karena stempel Tionghoa yang sudah
telanjur melekat dalam orang-orang seperti kita, mengapa mulut Ahok
tiba-tiba menjadi kambing hitamnya?
Saya tidak bilang mulut Ahok itu
halus dan sopan. Sama sekali tidak. Saya juga akui mulut Ahok kasar.
Tapi, siapa yang bisa tahan bersopan-sopan terlalu lama dengan para
koruptor yang hendak menggarong sebagian dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) juga menipu rakyat?
Apakah sewaktu Ahok memaki para
koruptor, ia sedang merepresentasikan diri sebagai orang Tionghoa? Jika
iya, berarti semua orang Tionghoa adalah pemaki koruptor. Wah, hebat
juga! Sayangnya, tidak. Karena itulah, perjuangan Ahok menjadi lumayan
alot.
Ini berarti kita juga tidak bisa
menganggap makian Ahok sebagai representasi dari orang Tionghoa.
Menyatakan makian Ahok akan berpotensi menyulut huru-hara lagi justur
akan menampikkan penyebab huru-hara itu sendiri.
Pejabat bermulut kasar bukan hanya
Ahok. Orang Indonesia yang memaki juga bukan hanya Ahok. Tapi, apakah
setiap orang yang memaki. lalu bisa menjadi alasan, bahkan pembenaran
bagi yang lain, untuk menciptakan huru-hara bagi kelompoknya?
Apakah bila Ratna Sarumpaet memaki
wartawan Yenni Kwok, hanya karena ia tersinggung dengan tulisan Yenni
(bukan karena masalah seserius korupsi), kita bisa menganggap bahwa jika
ada pembantaian atau pemerkosaan massal terhadap suku Batak, makian
Ratna Sarumpaet adalah salah satu penyebabnya?
Pak Jaya, cara berpikir seperti ini
justru mendukung kesesatan, seolah menjadi korban adalah bagian dari
kesalahan. Seolah sebagai kelompok yang kerap disudutkan bahkan
diserang, mereka yang telanjur distempel Tionghoa ini harus selalu
waspada terhadap ucapan dan tindakan, tidak saja bagi diri mereka, namun
juga orang-orang yang dianggap termasuk dalam ras mereka. Hal ini akan
memperdalam jurang antara orang-orang yang distempel Tionghoa dan bukan.
Padahal, siapa yang bisa dengan
pasti memilah antara “Tionghoa” dan “pribumi” apabila sebagian nenek
moyang tertua Indonesia datangnya dari China Selatan (Yunan)?
Hal yang amat saya sayangkan juga,
dalam mengkritik Ahok, Jaya Suprana merujuk kepada Habib Rizieq. Begini
tulis Pak Jaya, “Tidak kurang dari imam besar FPI, Habib Rizieq
menyatakan kepada saya pribadi, beliau menghargai semangat Anda membasmi
korupsi, namun yang tidak disukai pada diri Anda hanyalah kata-kata
tidak sopan.”
Namun, bagaimana dengan Habib Rizieq
sendiri? Ingatkah Anda bahwa sang “imam besar” ini sempat mengatai Ahok
“kafir”, “goblok”, dan segala macam hanya karena Ahok akan dilantik
menjadi gubernur?
Kata-kata Ahok mungkin menyinggung
sebagian bangsa Indonesia. Tapi, saya sendiri sudah lelah dengan
politikus yang berbaju necis dan sopan, namun korup, seolah memang
itulah “budaya” yang dipertahankan dalam negeri ini. Maling ayam
digebuki, koruptor besar dihormati karena “boleh saja menjarah dan
merampok asalkan santun?”
Sebagaimana surat ini dibuat mungkin ada
pro dan kontra yang akan terjadi. Tetapi mari kita berpikir secara akal
sehat kita demi kemajuan Bangsa Indonesia. Apakah saat ini apa yang
dikerjakan oleh Pak Ahok untuk Jakarta sudah benar-benar pada jalannya
itu.
Sumber : http://chmviews.com
0 Response to "Ini Dia Isi Surat Aktivis Anti Orde Baru Tentang Mulut Ahok"
Post a Comment